Nama : Ade Kurniawan
NPM :
12.03.2649
Prodi/Sem. :
Tarbiyah/ PAI/ II
Mata Kuliah : Strategi
Pembelajaran
Dosen : Dewi
Aryani, S.Th.I, M.Pd.I
Ditulis untuk melengkapi tugas Ujian Akhir Semester (UAS)
mata kuliah Strategi Pembelajaran
RESUME BUKU
Judul : Metode Pembelajaran
Penulis : Dra.
Sumiati dan Asra, M.Ed.
Penerbit : CV
WACANA PRIMA
Tahun : 2007
ISBN : 05006
Tebal hal. : 254 halaman
Cetakan : 1 (Januari 2007)
INSTITUT AGAMA
ISLAM DARUSSALAM (IAID)
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM (PAI)
CIAMIS 2013
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Dalam buku “Metode Pembelajaran” yang ditulis oleh Dra. Sumiati dan Asra, M.Ed. yang memiliki tebal 254 halaman dibagi menjadi
11 (Sebelas) bab, yaitu:
Bab I Pemahaman Tentang Proses Pembelajaran
Bab II Mengajar Dalam
Pembelajaran
Bab III Belajar Dalam
Pembelajaran
Bab IV Interaksi, Komunikasi, Dan Gaya Mengajar
Bab V Metode Pembelajaran
Pendekatan kelompok
Bab VI Metode Pembelajaran
Pendekatan Individu
Bab VII Mengajar Dalam
Praktik
Bab VIII Sumber Belajar Dan
Media Pembelajaran
Bab IX Pengalaman Belajar
Bab X Evaluasi Hasil
Belajar
Bab XI Upaya meningkatkan keaktifan Proses Pembelajaran
BAB
l
PEMAHAMAN
TENTANG PROSES PEMBELAJARAN
A.
Pengertian Pembelajaran dan
pengajaran
Jika kita mengamati berbagai praktek
pembelajaran yang dilaksanakan oleh para guru, dapat dijumpai gejala beraneka
ragam. Secara umu gejala yang dapat diamati dapat dikelompokkan ke dalam tiga
pokok utama , yaitu:
1. Ada guru yang mengajar dengan cara
menyampaikan materi pembelajaran semata-mata.
2. Ada guru yang mengadakan kondisi sedemikian
rupa, sehingga siswa dapat melakukan berbagai kegiatan yang beraneka ragam dalam mempelajari materi
pembelajaran.
3. Ada guru yang membebaskan kepada siswa
memilih pembelajaran sesuai minat dan pilihannya, juga memberi kebebasan kepada
siswa untuk melakukan proses mempelajari materi pembelajaran.
Uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa proses
pembelajaran beraneka ragam. Hal ini
disebabkan, pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses yang kompleks,
namun dengan maksud yang sama,yaitumemberi pengalaman belajar kepada siswa
sesuai dengan tujuan.
B.
Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
Pada awal proses pembelajaran peran guru akan
lebih aktif. Guru memberikan pengetahuan
yang dibutuhkan siswa dengan mengemukakan pendapa, bertanya,
menjelaskan, memberikan contohbyang akan dipelajari siswa.
Peran guru dalam proses pembelajaran yang
dapat membangkitkan aktivitas siswa setidak-tidaknya menjelankan tugas utama,
berikut ini:
- Merancanakan Pembelajaran
Perencanaan yang dibuat merupakan antisipasi
dan perkiraan tentang apa yang akan dilakukan dalampembelajaran, sehingga
tercipta suatu situasi yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang
dapat mengantar siswa mencapai tujuan yang diharapkan.
- Melaksanakan Pembelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran selayaknya berpegang pada apa yang
tertuang dalam perencanaan Oleh karena itu, guru seharusnya peka
terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajar dangan situasi
yang dihadapi.
- Mengepaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan salah satu komponen
pengukur derajat keberhasilan pencapaian tujuan, dan keefektifan proses
pembelajaran yang dilaksanakan.
- Memberikan umpan balik
Umpan balik memiliki fungsi untuk membantu
siswa memelihara minat atau antusias siswa dalam melaksanakan tugas belajar.
C.
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran berorientasi
siswa adalah guru bergeser dan menentukan "apa yang akan dipelajari"
bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman
belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan
melalui interaksi aktif dengan teman,
lingkungan, dan narasumber lain.
D.
Pendekatan Sistem dalam Pembelajaran
Suatu sistem pada dasarnya merupakan suatu kesatuan
yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan. Dengan mengidentifikasi tujuan, dapatlah di
analisis komponen yang terdapat pada
sistem itu, serta bagaimana hubungan dan interaksi yang efektif.
E.
Pembelajaran sebagai Suatu Sistem
Ternyata pembelajaran merupakan suatu sistem.
Pembelajaran mempunyai sejumlah komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Komponen
sistem pembelajaran meliputi materi pembelajaran, metode pembelajaran, alat dan
evaluasi pembelajaran. Seluruh komponen tersebut saling berhubungan, diarahkan
untuk mencapai tujuan. Pengertian sistem
pembelajaran inidapat diterapkan dalam ruang lingkup luas, seperti sistem
pembelajaran di sekolah atau lembaga pendidikan.
F.
Pembelajaran kontekstual
1.
Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran ada yang bersifat universal atau
semua mempelajarinya, seperti berbicara, berjalan, atau makan. Ada pula pembelajaran yang tidak universal,
karena seseorang mempelajari sesuatu
yang berbeda dari orang lain. Inilah
yang menunjukan bahwa pembelajaran
adalah kontekstual. Pembelajaran pada awalnya di kembangkan oleh John Dewen
dari pengalaman tradisionalnya, merumuskan kurikulum dan metodologi
pembelajaran yang berkaitan dengan pengalaman dan minat siswa. Siswa akan
belajar dengan baik bila dihubungkan dengan apa
yang sudah mereka ketahui dan yang
terjadi di sekitarnya. Jadi dengan demikian pembelajaran kontekstual
mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata, berpikir tingkat
tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif dll.
2.
Penerapan
Pembelajaran Kontekstual
Penerapan kontekstual di kelas melibatkan tujuh utama pembelajaran efektif,
yaitu :
a. Kontruktivisme
yaitu mengembangkan pemikiran siswa akan
belajar lebih bermakna dengan belajar sendidri, menemukan sendiri, dan
mengknstruksi sendidri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Bertanya
Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya. Melalui bertanya siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan
mandiri.
c. Menemukan
melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry
untuk semua topik. Siswa diberi permasalahan untuk menangani permasalahan yang
mereka hadapi dengan dunia nyata.
d. Masyarakat belajar
Yaiu menciptakan masyarakat belajar. Siswa
hidup dalam lingkungan tempat tinggalnya atah lingkungan sekolah. Dengan
demikian, masyarakat bisa dijadikan sumber daya untuk mengembangkan
pembelejaran kontekstual.
e. Pemodelan
menampilkan model sebagai contoh. Siswa akan
lebih mudah memahami dan menerapkan proses dan hasil belajar, guru menyediakan
dalam bentuk suatu model, bukan hanya
lisan.
F. Refleksi
Membuat refleksi akhir pertemuan pembelajaran.
Hal ini merupakan ringkasan dari pembelajaran yang telah disampaikan guru.
g. Penilaian sebenarnya
Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan
berbagai cara. Penilaian bisa berupa pertanyaan berdasarkan isi pembelajaran.
3. Kegiatan dan
Strategi Pembelajaran Kontekstual
Semuanya bisa berupa kombinasi dari kegiatan-kegiatan
berikut:
a. Pembelajaran Otentik
b. pembelajaran berbasis inquiry
c. Pembelajaran berbasis ma masalah
d. Pembelajaran Layanan
e. Pembelajaran berbasis kerja
4. Prinsip Dasar Pembelajaran kontekstual
Agar siswa dapat mengembangkan cara belajar
sendiri dan selalu mengkaitkan dengan apa
yang sudah diketahui danpa yang ada di masyarakat, yaitu aplikasi dan
konsep yang dipelajari.
4. Metode
Pembelajaran Kontekstual
Menggunakan situasi kehidupan nyata dari
masyarakat setempat dimana siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang telah mereka kembangkan.
BAB ll
MENGAJAR DALAM PEMBELAJARAN
A. Latar Belajar
Peredaan Pengertian Belajar
Pengertian belajar dirumuskan para ahli,
antara satu dengan yang lainnya ada perbedaan. Perbedaan ini disebabkan oleh
latar belakang pandangan maupun teori yang dipegang. Terdapat beberapa alasan mengapa
muncul aneka ragam pengertian itu. Diantaranya :
1. Ada Perbedaan dalam Mengidentifikasi Fakta.
2. Perbedaan Penafsiran terhadap Fakta.
3. Perbedaan Terminologi (Peristilahan) yang Digunakan Serta Konotasi
Masing-masing Istilah itu.
4. Perbedaan Penekanan terhadap Aspek
Tertentu.
B. Pengertian
Mengajar
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks.
Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa.
Secara tradisional mengajar diartikan sebagai
suatu proses penyampaian pengetahuan atau keterampilan yang berkaitan dengan
suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa, sebagaimana yang dituntut dalam
penguasaan mata pelajaran tertentu.
Secara pembelajaran adalah terjadinya proses
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam mempelajari suatu materi pembelajaran
tertentu. Agar pengalaman belajar itu terarah, guru mempersiapkan bentuk-bentuk
pengalaman belajar yang sepatutnya dimiliki oleh siswa.
C. Asas-Asas Mengajar
1. Mengajar sepatutnya mempertimbangkan pengamalan belajar siswa yang
dimiliki sebelumnya.
2. Proses pembelajaran dimulai jika siswa dalam keadaan sikap untuk
melakukan melakukan kegiatan belajar.
3. Materi pembelajaran seharusnya menarik minat siswa untuk mempelajarinya.
4. Dalam melaksanakan pembelajaran guru harusnya berupaya agar siswa
termotivasi melakukan kegiatan belajar.
5. Proses pembelajaran sepatutnya memperhatikan perbedaan-perbedaan
individual yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
6. Pembelajaran sepatutnya mengantarkan siswa untuk melakukan proses belajar secara aktif.
7. Pelaksanaan pembelajaran sepatutnya berpegang pada prinsip-prinsip
pencapaian hasil belajar secara psikologis.
D. Prinsip-Prinsip Umum Mengajar
1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa.
2. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa.
4. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan
dalam mengajar.
5. Tujuan Pembelajaran harus diketahui siswa.
6. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang belajar.
E. Persyaratan Keterampilan Guru dalam Proses
Pembelajaran
1. Penguasaan Materi Pembelajaran.
2. Kemempuan Menerapkan Prinsip-prinsip
psikologi.
3. Kemampuan Menyelenggarakan Proses
Pembelajaran.
4. Kemampuan Menyesuaikan Diri dengan Berbagai
Situasi Baru.
BAB III
BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN
A. Pengertian Belajar
Belajar adalah proses atau usaha yang
dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik
dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif
sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah
dipelajari.
B. Asumsi
Pengaktifan Siswa dalam Belajar
1. Kegiatan belajar merupakan proses
kontinyu dan bervaryasi.
2. Dalam proses belajar ada
keterlibatan mental dari siswa secara optimal.
3. Komunikasi dalam pembelajaran
berlangsung dalam banyak arah.
4. Untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa perlu menggunakan berbagai
metode pembelajaran yang efektif.
C. Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip Belajar Prinsip belajar dibagi menjadi
dua yaitu prinsip umum belajar dan prinsip belajar pada aktivitas siswa.
1. Prinsip Umum Belajar
Prinsip Umum Belajar Belajar menurut Wingo
(1970:194) didasarkan atas prinsip- prinsip sebagai berikut:
a. Hasil belajar sepatutnya menjangkau banyak
segi
b. Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman
c. Belajar merupakan suatu kegiatan yang
mempunyai tujuan
2. Prinsip Belajar pada Aktifitas Siswa.
Prinsip Belajar pada Aktivitas Siswa Prinsip
belajar yang menekankan pada aktivitas siswa, antara lain:
a. Belajar dapat terjadi dengan
proses mengalami
b. Belajar merupakan transaksi aktif
c. Belajar secara aktif memerlukan
kegiatan yang bersifat vital, sehingga dapat berupaya mencapai tujuan dan
memenuhi kebutuhan pribadinya
d. Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan (masalah) sehingga
mencapai pemecahan atau tujuan
e. Hanya dengan melalui penyodoran
masalah memungkinkan diaktifkannya motivasi dan upaya, sehingga siswa
berpengalaman dengan kegiatan yang bertujuan
D. Teori-teori Belajar
1. Teori Belajar Asosiasi
Teori belajar asosiasi Menurut ahli psikologi
asosiasi, perilaku individu pada hakekatnya terjadinya karena adanya perilaku
atau hubungan antara stimulus dan respons. Dengan membuat kode S untuk stimulus
dan R untuk respon, dapat dikatakan bahwa suatu S mempunyai ikatan atau bond
dengan R tertentu. Oleh karena itu, teori ini dikenal dengan S R Bond Theory.
Belajar menurut teori ini adalah membentuk ikatan atau hubungan antara S R.
2. Teori Belajar Gestalt
Teori
belajar Gestalt Psikologi gestalt memandang bahwa belajar terjadi jika
diperoleh insigh (pemahaman). Insight timbul secara tiba-tiba, jika individu
telah dapat melihat hubungan antara unsur-unsur dalam situasi problematis.
Dapat pula dikatakan bahwa insight timbul pada saat individu dapat memahami
struktur yang semula merupakan suatu masalah.
3. Teori Belajar Kognitif
Teori
belajar kognitif Berdasarkan teori belajar kognitif, belajar merupakan suatu
proses terpadu yang berlangsung di dalam diri seseorang dalam upaya memperoleh
pemahaman dan struktur kognitif baru, atau untuk mengubah pemahaman dan
struktur kognitif lama.
4. Arti Teori Belajar bagi pembelajaran
Setiap teori memiliki implikasi bagi
pembelajaran. Bagi guru teori belajar ini dapat memperjelas fungsinya bagi
siswa dalam belajar. Dengan demikian pembelajaran apapun dapat diajarkan asal
berfungsi meningkatkan kemampuan berpikir.
Prinsup umun yang dapat dipetikdari aneka
ragam dari teori belajar, yaitu:
a. Proses belajar adalah komplek namun
terorganisasi.
b. Motivasi sangat penting dalam belajar.
c. Belajar berlangsung dari yang sederhana
meningkat pada yang kompleks.
d. Belajar meningkatkan proses perbedaan dan penggeneralisasian berbagai
respons.
E. Tipe-tipe Belajar
1. Signal Learning (Belajar Isyarat)
Belajar tipe
ini merupakan tahap yang paling dasar. Jadi, tidak ada persyaratan, namun
merupakan hierarki yang harus dilalui untuk menuju jenjang belajar yang paling
tinggi. Signal learning dapat diartikan sebagai penguasaan pola-pola dasar
perilaku bersifat involuntary ( tidak sengaja dan tidak disadari tujuannya).
2. Stimulus-Respons
Learning (Belajar Stimulus-respon)
Bila tipe di
atas digolongkan dalam jenis classical condition, maka belajar 2 ini termasuk
ke dalam instrumental conditioning atau belajar dengan trial and error
(mencoba-coba).
3. Chaining (Rantai atau Rangkaian)
Chaining adalah
belajar menghubungkan satuan ikatan S-R (Stimulus-Respons) yang satu dengan
yang lain.
4. Verbal Association (Asosiasi Verbal)
Baik chaining
maupun verbal association, yang kedua tipe belajar ini, menghubungkan satuan ikatan S-R yang satu
dengan lain. Bentuk verbal association yang paling sederhana adalah bila
diperlihatkan suatu bentuk geometris, dan si anak dapat mengatakan “bujur
sangkar”, atau mengatakan “itu bola saya”, bila melihat bolanya.
5. Discrimination Learning (Belajar Diskriminasi)
Discrimination
learning atau belajar membedakan. Tipe ini peserta didik mengadakan seleksi dan
pengujian di antara perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya,
kemudian memilih pola-pola respons yang dianggap paling sesuai.
6. Concept Learning (Belajar Konsep)
Concept
learning adalah belajar pengertian. Dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari
sekumpulan stimulus dan objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau
konsep.
7. Rule Learning (Belajar
Aturan)
Rule learning
belajar membuat generalisasi, hukum, dan kaidah. Pada tingkat ini peserta didik
belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan mengoperasikan
kaidah-kaidah logika formal (induktif, dedukatif, sintesis, asosiasi,
diferensiasi, komparasi, dan kausalitas)
8. Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Problem solving
adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini para peserta didik belajar
merumuskan memecahkan masalah, memberikan respons terhadap rangsangan yang
menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik, yang mempergunakan
berbagai kaidah yang telah dikuasainya.
F. Bentuk-Bentuk Belajar
1. Belajar Verbal
2. Belajar Konsep dan Prinsip
3. Belajar Pemecahan Masalah
4. Belajar Keterampilan
G. Faktor-Faktor dalam Belajar
1. Motivasi untuk Belajar
Monivasi ini pada dasarnya merupakan keinginan
yang ingin dipenuhi, maka ia timbul jika ada rangsangan, baik karena adanya
kebutuhan maupun minat terhadap sesuatu. Motivasi belajar adalah sesuatu yang
mendorong siswa untuk berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya perilaku
dalam belajar. Tanpa motivasi belajar siswa tidak dapat belajar.
2. Tujuan yang
Hendak Dicapai
Tujuan pembelajaran adalah arah atau sasaran
yang hendak dituju oleh proses pembelajaran. Sebagaimana motivasi, tujuan juga
terdapat dalam belajar seharusnya timbul dan ada diri siswa.
3. Situasi atau Keadaan
yang Mempengaruhi Proses Belajar
Faktor situasi atau keadaan yang mempengaruhi
proses belajar pada siswa berkaitan pada diri siswa itu sendiri.
BAB IV
INTERAKSI, KOMUNIKASI, DAN GAYA MENGAJAR
A. Interaksi dalam Proses Pembelajaran
Proses
interaksi dalam mengajar terjadi antara guru, isi pembelajaran, dan siswa. Pola
Interaksi terbagi sebagai berikut, yaitu :
1. Pola Dasar Interaksi dalam Pembelajaran
Dalam
pola dasar interaksi belum terlihat unsur pembelajaran yang meliputi unsur
guru, isi pembelajaran dan siswa yang semuanya belum ada yang mendominasi
proses interaksi dalam pembelajaran. Dijelaskan bahwa adakalanya guru
mendominasi proses interaksi, adakalanya isi yang lebih mendominasi, adakalanya
juga siswa yang mendominasi interaksi tersebut atau bahkan adakalanya antara
guru dan siswanya secara seimbang saling mendominasi.
2. Pola
Interaksi dalam Pembelajaran Berpusat pada Isi
Dalam
proses pembelajaran terdapat kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran disatu
sisi dan siswa mempelajari isi pembelajaran tersebut disisi lain, namun
kegiatan tersebut masih berpusat pada isi/materi pembelajaran.
3. Pola
Interaksi dalam Pembelajaran Berpusat pada Guru
Pada
pembelajaran yang kegiatannya semata-mata bepusat pada guru, pada umumnya
terjadi proses yang bersifat penyajian atau penyampaian isi atau materi
pembelajaran. Dalam praktik pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada
dipihak guru yang bersangkutan, sedangkan siswa hanya menerima dan diberi
pembelajaran yang disebut juga siswa pasif.
4. Pola Interaksi dalam Pembelajaran Berpusat
pada Siswa
Pada
pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada siswa, siswa merencanakan
sendiri materi pembelajaran apa yang akan dipelajari dan melaksanakan proses
belajar dalam mempelajari materi pembelajaran tersebut. Peran guru lebih banyak
bersifat permisif, yakni membolehkan setiap kegiatan yang dilakukan para siswa
dalam mempelajari apapun yang dikehendakinya.
Untuk
meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru membuat perencanaan
sebaik-baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana yang telah dibuat.
Dengan cara semacam ini, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga
terjadi keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak siswa.
B. Penataan Pola Komunikasi dalam Proses
Pembelajaran
1.
Pola Komunikasi
2.
Fungsi Guru dan Komunikasi
3.
Komunikasi Manusiawi antara Guru dengan Siswa
4.
Sikap Guru-Siswa dalam Berkomunikasi
5.
Upaya MeningkatkanHubungan Guru-Siswa
6.
Komunikasi Nonverbal
C. Berbagai Gaya Mengajar
Gaya-gaya
mengajar dapat dibedakan ke dalam empat macam, yaitu:
1. Gaya
Mengajar Klasik
Guru
dengan gaya mengajar klasik masih menerapkan konsepsi sebagai satu-satunya cara
belajar dengan berbagai konsekuensi yang diterimanya. Guru masih mendominasi
kelas dengan tanpa memberi kesempatan pada siswa untuk aktif sehingga akan
menghambat perkembangan siswa dalam proses pembelajaran. Gaya mengajar klasik mempunyai
dua macam aliran, yaitu:
a. Aliran perenialism yang menekankan pada penyampaian budaya yang
berpusat pada kemanusiaan (humanity).
b. Aliran essentialism yang menekankan pada penyampaian budaya yang
berkenaan dengan science.
Dalam
aliran perenialismis pelajaran banyak mengenai dasar pembentukan intelek dan
komunikasi dengan dunia luar. Tujuan pendidikan perenialism adalah memperbaiki
intelek dengan mendisiplin mentalnya
2. Gaya Mengajar Teknologis
Fokus gaya
mengajar ini pada kompetensi siswa secara individu. Bahan pelajaran disesuaikan
dengan tingkat kesiapan anak. Peranan isi pelajaran adalah dominan.Oleh karena
itu bahan disusun oleh ahlinya masing-masing. Peranan siswa disini adalah
belajar dengan menggunakan perangkat atau media.
Perkembangan
penggunaan istilah teknologi pendidikan ini melalui 3 kategori:
a. Penggunaan Audio Visual
Aids dikelas untuk memperjelas informasi dan merangsang berpikir
b. Penggunaan bahan-bahan
terprogram
c. Penggunaan Komputer
dalam pendidikan
3. Gaya Mengajar Personalisasi
Guru
yang menerapkan gaya mengajar personalisasi menjadi salah satu kunci
keberhasilan pencapaian prestasi belajar siswa. Guru memberikan materi
pelajaran tidak hanya membuat siswa lebih pandai semata-mata, melainkan agar siswa
menjadikan dirinya lebih pandai.
Tujuan
utama pengajaran personalisasi mengembangakan pribadi siswa secara utuh,
sehingga dia dapat menangani masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
4. Gaya
Mengajar Interaksional
Gaya
mengajar interaksional lebih mengedepankan dialogis dengan siswa sebagai bentuk
interaksi yang dinamis. Guru dan siswa atau siswa dengan siswa saling
ketergantungan, artinya mereka sama-sama menjadi subyek pembelajaran dan tidak
ada yang dianggap baik atau sebaliknya. Dasar pandangan pengajaran
interaksional adalah bahwa hasil belajar diperoleh melalui antara guru-siswa,
dan siswa-siswa lain, juga interaksi antara siswa dengan kehidupannya.
BAB V
METODE PEMBELAJARAN PENDEKATAN KELOMPOK
A. Konsep
Belajar yang Berpusat pada Siswa
Konsep
ini bersumber dari teori kurikulum yang berpusat pada siswa, siswa mempunyai
peran yang sangat penting dalam menentukan materi pembelajaran. Jelaslah bahwa
aktivitas siswa merupakan factor dominan dalam pembelajaran.
B. Penerapan
Model Dasar Pembelajaran
1. Tujuan
Pembelajaran
Tujuan
pembelajaran ini dapat menentukan seluruh kegiatan maupun isi pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dasarny merupakan rumusan tentang bentuk-bentuk tingkah
laku yang akan dimiliki siswa setelah melakukan proses belajar, atau setelah
mengikuti proses pembelajaran. Rumusan tujuan dibuat berdasarkan analisis
terhadap berbagai tuntutan, kebutuhan, dan harapan. Oleh karena itu tujuan
dibuat dengan mempertimbangkan factor-faktor masyarakat, siswa itu sendiri,
serta ilmu pengetahuan. Jadi tujuan pembelajaran merupakan harapan.
2. Pengenalan
Keadaan Siswa
Pengenalan
keadaan siswa dilakukan sebelum berlangsungnya proses pembelajaran.,yaitu
apakan siswa menguasai materi pembelajaran yang akan diberikan atau sampai
sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang akan diajarkan
itu.
3. Prosedur atau Strategi Pembelajaran
Prosedur pembelajaran meliputi:
a. Metode pembelajaran apa yang digunakan dan kegiatan apa yang
akan dilakukan.
b. Alat atau media pembelajaran apa yang akan digunakan.
c. berapa lama proses pembelajaran berlangsung.
4. Penilaian Hasil Belajar
Langkah
terakhir dalam proses pembelajaran adalah melaksanakan evaluasi atau penilaian
terhadap sejauh mana proses pembelajaran dapat mencapai tujuan.
C. Metode
Pembelajaran
1. Ketepatan
Penggunaan Metode Pembelajaran
Untuk
melaksanakan proses pembelajaran yang aktif itu perlu menentukan metode
pembelajaran yang tepat. Pertimbangan pokok untuk menentukan metode
pembelajaran terletak pada keefektifan proses pembelajaran.
Metode
pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya
memperoleh kemampuan hasil belajar.
2. Beberapa Metode Pembelajaran
a. Metode Ceramah
Metode
pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran
kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam
jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui
ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat
mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
b. Metode Simulasi
Simulasi
dapat di artikan sebagai suatu cara pembelajaran dengan melakukan proses
tingkah laku secara tiruan. Jadi, simulasi pada dasrnya semacam permainan dalam
pembelajaran yang diangkat dari realita kehidupan.
c. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Demontrasi
berarti pertunjukan atau peragaan, dalam pembelajaran menggunakan metode
demonstrasi dilakukan pertunjukan suatu proses, berkenaan dengan materi
pembelajaran.
Perbedaan
utama antara demonstrasi dan eksperimen, ternyata hanya pada pelaksanaan.
Demonstrasi hanya melakukan percobaan di depan kelas. Sedangkan Eksperimen
memberi kesempatn pada siswa untuk melakukan percobaan sendiri tentang proses
yang dimaksud.
d. Metode
Inquiry dan Discovery
Metode
Inquiry dan Discovery pada dasarnya dua metode pembelajaran yang saling
berkaitan satu dengan yang lain. Inquiry artinya pendekatan, sedangkan
discovery adalah penemuan. Dengan melalui pendidikan akhirnya siswa dapat
memperoleh suatu penemuan. Dengan motode inquiry dan discovery, siswa melakukan
suatu proses mental yang bernilai tinggi, disamping proses kegiatan fisiknya.
e. Metode Latihan dan Praktek
Dalam
belajar verbal dan belajar keterampilan, meningkatkan hasil belajar dapat dicapai
melalui latihan dan praktek. Latihan biasanya berlangsung dengan cara
mengulang-ulang suatu pelajaran sampai terbentuk kemampuan yang diharapkan,
sedangkan praktek biasanya dilakukan suatu kegiatan dalam situasi sebenarnya,
sehingga memberi pengalaman pembelajaran secara langsung. Latihan dan praktek
dapat dilakukan secara perseorangan, kelompok atau klasikal.
BAB
VI
METODE
PEMBELAJARAN PENDEKATAN INDIVIDU
A. Konsep Dasar Belajar Tuntas
1. Pengertian Belajar Tuntas
Belajar
tuntan dapat diartikan sebagai penguasaan hasil belajar siswa secara penuh
terhadap materi pembelajaran yang dipelajari. Hal ini berlandaskan kepada suatu
gagasan bahwa siswa dapat menguasai apa yang di ajarkan di sekolah, jika
pembelajaran dilaksanakan secara sistematik.
2. Asumsi
Dasar Belajar Tuntas
a. Semua atau hamper semua siswa dapat menguasai apa yang diajarkan
kepadanya jika pembelajaran dilaksanakan secara sistematis.
b. Tingkat keberhasilan siswa di sekolah ditentukan oleh kemampuan
bawaan atau bakat yang dimiliki masing-masing.
3. Strategi Belajar Tuntas dan pembelajaran Individu
Metode
pembelajaran yang menggunakan konsep belajar tuntas sangat mementingkan
perhatian terhadap pembelajaran individual.
Selanjutnya menurut Bloom beberapa implikasi
belajar tuntas dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Dengan kondisi optimal, sebagian besar
siswa dapat menguasai materi pelajaran secara tuntas (mastery learning).
2. Tugas guru adalah mengusahakan setiap
kemungkinan untuk menciptakan kondisi yang optimal, meliputi waktu, metode,
media dan umpan yang baik bagi siswa.
3. Perbedaan bakat terhadap suatu ata
pelajaran sesuai dengan jumlah waktu yang diperlukan untuk menguasai secara
tuntas mata pelajaran tersebut.
4. Perumusan tujuan instruksional khusus
sebagai satuan pelajaran mutlak diperhatikan, agar supaya para siswa mengerti
hakikat tujuan dan prosa dan belajar.
5. Bahan pelajaran dijabarkan dalam
satuan-satuan pelajaran yang kecil-krcil dan selalu diadakan pengujian awal
(pretest) pada permulaan pelajaran dan penyajian akhir (posttest) pada akhir
satuan akhir pelajaran.
6. Diusahakan membentuk kelompok-kelompok yang
kecil (4-6 orang) yang dapat berteman secara teratur sehingga dapat saling
membantu
7. dalam memecahkan kesulitan-kesulitan
belajar siswa secara efektif dan efisien.
8. Sistem evaluasi berdasarkan atas tingkat
penguasaan tujuan instruksional khusus bagi materi pelajaran yang bersangkutan
yaitu menggunakan “criteria referenced test” bukannya “norm referenced test”.
B. Strategi Belajar Tuntas Model Bloom
Menurut Benyamin Bloom (Ramayulis,194:1990) ada
beberapa langkah yang harus dilakukan dalam belajar tuntas yaitu:
- Menentukan unit pelajaran
(dipecah untuk setiap satu dua minggu).
- Merumuskan tujuan pengajaran
(secara khusus dan terukur).
- Menentukan standar ketuntasan
(patokan berupa persentase).
- Menyusun dianostik test, test
formatif sebagai dasar umpan balik.
- Mempersiapkan seperangkan tugas
untuk dipelajari.
- Mempersiapkan seperangkat
pengajaran korektif (bagi peserta didik yang lemah).
- Pelaksanaan pengajaran biasa
(group based instruction).
- Evaluasi sumatif, (apabila
selesai satu unit).
C. Belajar Tuntas dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
Ketentuan
belajar tuntas dalam KTSP adalah tingkat ketercapain kompetensi belajar tingkat
ketercapain kompetensi ketuntasan belajar tingkat ketercapain kompetensi
setelah siswa mengikuti pelajaran dengan menggunakan kriteria ketuntasn minimal
(KKM). Siswa yang sudah tuntas diberi program pengayaan, sedangkan siswa yang
belum tuntas diberi program remedial.
D. Sistem
Pembelajaran Modul
1. Apakah Sistem
Pembelajaran Modul
Modul merupakan
sistem pembelajaran individual. Tujuan utama untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pembelajaran di sekolah.Modul dapat dipelajari di mana saja, lama
sebuah modul tidak tertentu. Dapat beberapa menit, jam dan dapat dilakukan
tersendiri atau diberi variasi dengan metode lain.
2. Ciri-ciri Modul
a. sebuah modul adalah unit pembelajaran terkecil
ytang direncanakan dan ditulis secara sistematis dan operasional, terdiri atas:
1. Rumusan tujuan yang diharapkan dapat
dikuasai siswa setelah menjelaskan unit pelajaran.
2. Deskripsi isi pembelajaran yang harus
dipelajari siswa
3. Daftar alat-lat pelajaran yang akan
digunakan siswa dalam proses pembelajaran
4. kegiatan belajar yang harus dilakukan
disusun dalam bentuk :
a. Teks bacaan dan petunjuk yang harus
diikuti.
b. Lembar kerja siswa (LKS) yang berisi
tugas-tuygas yang harus diselesaikan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan
sebagaimana pada poin di atas.
5. Kunci jawaban llembar kerja siswa
6. Lembar evaluasi tes untuk mengukur taraf
pengyuasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang dipelajari dilengkapi
dengan lembaran jawaban.
7. Kunci evaluasi berisi jawaban yang benar
dari setiap soal tes sebagaimana tercantum pada lembaran evaluasi.
8. Petunjuk guru yang berisi petunjuk
penggunaan modul.
b. Sebuah moduil dirancang sedemikian rupa agar
memungkinkan siswa dapat belajar swendiri seoptrimal mungkin
c. Sebuah modul dirancang sedemikian rupa
sehingga penilaian terhadap kemajuan siswa dapat dilakukan secara cermat
melalui evaluasi setiap akhir unit pelajaran.
d. Sebuah modul dirancang sedemikian rupa
sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan belajarnya masing-masing.
e. Sebuah modul dirancang berdasarkan pada
"belajar tuntas" taraf ketuntasan yang ditekankan adalah 75 persen.
Siswa yang belum mencapai taraf itu, tidak boleh lanjut.
E. Sistem Pembelajaran Berprogram
Model
pembelajaran berprogram ialah suatu bentuk pembelajaran dengan mempergunakan
yang bekerja serba otomatis atau kunci-kunci jawaban tertulis yang dibuat
sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat mempelajari sendiri bahan-bahan
yang telah tersusun secara sismatis.
F. Fersonalized System of Instruction (PSI)
A. Pengertian Personalized
System of Instructions
Personalized
System of Instructions (PSI) merupakan pembelajaran berbasis personal atau
individu siswa yang sudah dimodifikasi dengan sistem cooperative learning. PSI
merupakan pembelajaran yang menggunakan sistem modular dimana siswa dibantu
oleh seorang tutor yang dapat berupa guru atau teman satu kelasnya.
Sistem pengajaran Personalization System of Instruction (PSI)
diterapkan pada suatu pelajaran yang lengkap.
Langkah-langkah
yang ditempuh dalam pembelajaran sangat memperhatikan perbedaan individual.
B. Prosedur Pelaksanaa
Pembelajaran Personalized System of Instructions
a. Merumuskan sejumlah
tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa
b. Menentukan patokan penguasaan atau mastery pembelajaran yang
akan dipelajari.
c. Merumuskan satuan
pelajaran byang merupakan pokok -pokok bahasa yang akan dipelajari daklam
rangka mencapai tujuan.
d. Pokok-pokok bahasa itu
dipecah ke dalam bagian bagian lebih kecil sehingga dapat dipelajari secara
tuntas.
e.
Prosedur pembelajaran ditentukan untuk dilakukan siswa dalam rangka mencapai
tujuan. Prosedur itu tercermin pada perumusan :
1. Daftar tujuan pembelajaran pada satuan
pelajaran
2. Sejumlah
saran belajar yang menekankan pada membaca materi tertulis atau materi lain.
3. Sejumlah kegiatan belajar untuk memberikan
rangsangan berpikir dan bimbingan belajar.
4. Sejumlah soal tes yang berkaitan dengan
tujuan daripada satuan pelajaran yang dipelajari tersebut.
f. Setiap siswa mempelajari unit-unit pelajaran
dengan kecepatan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
g. Tes diikuti oleh seluruh siswa, dengan
bantuan asisten untuk memeriksa hasilnya.
h. Memberikan bimbingan kepada siswa yang belum
menguasai materi penuh.
i. Evaluasi sumatif pada saat seluruh unit
selesai dipelajari untuk menentukan angka keberhasilan.
G. Sistem Pembelajaran Plan
1. Pengertian Sistem
Pembelajaran Plan
Pengertian
Sistem Pembelajaran Plan adalah singkatan dari Program for Learning in
Accordance with Needs, yaitu semacam program belajar sesuai dengan kebutuhan.
Dikembangkan sejak tahun 1966, di Amerika Serikat oleh The American Institute
for Research (Lembaga Penelitian), bekerja sama dengan The Westing House
Learning Corporation. Namun pada akhirnya sejak tahun 1972 dilaksanakan
pengembangannya secara penuh oleh The Westing House Learning Corporation.
Percobaan ini dilakukan dalam mata pelajaran Bahasa, Matematika, IPA, dan IPS. Siswa
belajar dengan sistem PLAN berdasarkan kepada kecepatan sesuai dengan kemampuan
masing-masing. Program, yang dipelajari telah dirancang secara khusus.
2. Langkah-Langkah
Melaksanakan Sistem Pembelajaran Plan
Langkah-langkah pokok dalam menggunakan atau
melaksanakan sistem pembelajaran PLAN adalah sebagai berikut:
a.
Pada awal tahun ajaran setiap siswa menyelesaikan serangkaian UMB yang bersifat
orientasi belajar dengan sistem ini. Dengan demikian siswa dapat mengenal
materi maupun prosedur belajarnya.
b.
Jika orientasi telah selesai dilaksanakan, siswa memasuki berbagai kegiatan
mempelajari UMB orientasi mata pelajaran yang harus dipelajarinya.
c.
Dalam proses penempatan dilakukan tes hasil belajar atau tes penempatan.
d.
Jika suatu program studi telah disetujui, siswa mempelajari UMB yang
bersangkutan sesuai dengan kecepatannya.
e.
Begitu siswa dapat menyelesaikan tiap UMB dapat diketahui tingkat kemampuannya
secara tuntas terhadap tujuan melalui skor tes yang ada pada komputer, atau
melalui penilaian guru.
BAB
VII
MENGAJAR
DALAM PRAKTIK
A. Memberikan
Penjelasan
Kegiatan memberi penjelasan hampir ada dalam
setiap pembelajaran.
Tujuannya, yaitu :
1. Memeberi pengertian kepada siswa.
2. Mengarahkan siswa berpikir logis,
estetis,dan selaras dengan kaidah-kaidah moral.
3. Melatih kemampuan berpikir menggunakan
hubungan sebab akibat.
4. Memberi bekal untuk mandiri dalam mengambil
keputusan bagi diri sendiri, serta menanamkan keyakinan terhadap apa yang
dipelajari.
5. Menuntun siswa kepada pengertian yang jelas
dalam menjawab pertanyaan.
6. Melibatkan siswa dalam berpikir dalam
memecahkan masalah.
7. Menghindari salah pengertian.
B. Mengajukan
Pertanyaan
Suatu proses pembelajaran memungkinkan untuk
dapat mengembangkan kebebasan mengeluarkan aspirasi, berupa pertanyaan atau
jawaban, baik siswa atau guru, atau menguji suatu ide atau teori maupun praktek
penyelenggaraan, sesuai dengan fakta atau penerapan.
C. Memberi
Penguatan
Untuk membangkitkan gairah dalm mengikuti pelajaran,
diperlukn pula upaya guru dalam memberikan penguasaan bentuk-bentuk tingkah
laku siswa yang dinilai positif. Cara memberikan penguatan ini dengan
bentuk kata-kata pujian, gerakan anggota tubub yang menyatakan setuju, senyum,
atau bentuk-bentuk gerakan lain yang membuat siswa senang.
D. Pengembangan
Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah
Masalah pada dasarnya hambatan atau rintangan
yang harus disingkirkan, atau pertanyaan yang harus dijawab atau dipecahkan.
Masalah diartikan kesenjangan antara kenyataan dan apa yang seharusnya, upaya
itu bisa dilakukan dengan cara mengetahui masalah dengan pakta yang ada,
terutama yang terkait dengan problematis tadi,selanjutnya direnungkan atau
dipikirkan bagaimana seharusnya situasi itu, berdasarkan dengan teori ilmiah
maupun dari asumsi-asumsi yang diturunkandari teori, atau konsep-konsep yang didapat dari berbagai
pustaka terkait, baik berupa buku, jurnal ,maupun laporan hasil penelitian.
E. Menyelenggarakan Diskusi
Diskusi adalah salah satu metode pembelajaran
agar siswa dapat berbagi pengetahuan, pandangan, dan keterampilannya. Tujuan
diskusi adalah untuk mengeksplorasi pendapat atau pandangan yang berbeda dan
untuk mengidentifikasi berbagai
kemungkinan. Metode diskusi ini dapat digunakan untuk belajar konsep dan
prinsip, Melalui metode pembelajaran ini siswa dapat memahami konsep dan
prinsip secara baik. Kegiatan belajar siswa akan lebih aktif terutama dalam
proses bertukar pikiran melalui komunikasi verbal.
BAB VIII
SUMBER BELAJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN
A. Sumber Belajar
1. Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar (learning resources) adalah
semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan
oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi
sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai
kompetensi tertentu.
2. Klasifikasi Sumber Belajar
Jika diklasifikasikan sumber belajar dapat
dibagi kedalam enam bagian, yaitu :
a. Pesan (Message), yaitu informasi yang
ditransmisikan (diteruskan) oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti
dan data.
b. Manusia
(People), yaitu manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji
pesan
c. Teknik (Technic), yaitu cara,
langkah-langkah, atau aktivitas untuk menyampaikan pesan belajar.
d. Bahan (Material), yaitu perangkat lunak
yangmengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh
dirinya sendiri.
e. Alat/Perlengkapan
(Tool/Equipment), yaitu perangkat keras yang digunakan untuk menyampaikan pesan
yang tersimpan dalam bahan
f. Lingkungan
(Setting), yaitu situasi sekitar dimana pesan disampaikan, baik lingkungan fisik
maupun non fisik. Ditinjau dari tipe atau asal usulnya, sumber belajar dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Sumber
belajar yang dirancang (learning recources by design) yaitu sumber belajar yang
memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Sumber belajar semacam ini
sering disebut bahan pembelajaran.
b. Sumber
belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning recources by
utilization) yaitu sumber belajar yang tidaksecara khusus dirancang untuk
keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk
kepentingan pembelajaran.
B. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil
teknologi dalam proses belajar mengajar.
Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan
oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai
dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
2. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Berdasarkan
jenisnya media dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) bentuk yaitu:
a. Media auditif
Media
auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja.
Karakteristik media ini berkaitan dengan indera pendengaran.
b. Media
visual
Karakteristik
dari media ini sangat mengandalkan indera penglihatan. Media iniada yang
menampilkan gambar diam seperti film strips atau film rangkai, slides film
bingkai, gambar atau lukisan, cetakan.
c. Media audio visual
Karakteristik
media ini adalah memiliki unsur suara dan unsur gambar. Jenis mediaini
mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang
pertama dan kedua yaitu media audio dan visual.
C. Lembaran Kerja Siswa
Suatu upaya untuk meningkatkan keefektifan belajar siswa
dalam pembelajaran adalah dengan memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan
kegiatan secara perseorangan atau secara berkelompok dalam menyelesaikan lembar
kerja siswa.
BAB lX
PENGALAMAN BELAJAR
A. Prinsip Umum Pengalaman Belajar
Ralph W. Tyler (1970) mengemukakan prinsip
umum dalam memilih pengalaman belajar yang dapat dijadikan metode pembelajaran
sebagai berikut :
1. Siswa harus memiliki pengalaman belajar
yang memberinya kesempatan untuk mempraktekkan jenis perilaku yang dimaksudkan
dalam tujuan.
2. Pengalaman belajar harus memberikan
kepuasan kepada siswa melalui pelaksanaan atau penampilan perilaku sebagaimana
dikehendaki dalam tujuan.
3. Pengalaman belajar harus dalam batas
kemampuan siswa. Dipertimbangkan baik secara psikologis maupun akademis
4. Banyak bentuk pengalaman belajar yang dapat
digunakan untuk mencapai suatu tujuan.
5. Pengalaman hendaknya selain dapat menunjang
siswa mencapai suatu jenis perilaku dalam tujuan, namun siswa dapat pula mengembangkan kemampuan
yang lain
B. Pengalaman
Belajar Menurut Edgar Dale
Berdasarkan kerucut pengalaman dale,
pengalaman belajar yang paling tinggi nilainya yaitu pengalaman yang diperoleh
dari hasil kontak langsung dengan lingkungan objek, binatang, manusia dsb. Jadi
pengalaman yang paling tinggi nilainya dan paling kongkrit dan nomor terakhir
yang paling rendah dan paling abstrak.
C. Penagalaman Belajar Menurut Peter Shea
Berdasarkan pengalaman belajar yang dilakukan
oleh Peter Shea,maka siswa belajar 10% dari apa yang siswa baca, 20% dari yang
siswa dengar, 30% dari apa yang siswa lihat, 50% dari apa yang siswa lihat dan
dengar, 70% dari apa yang siswa katakan, dan 90% dari apa yang siswa katakan
dan lakukan.
D. Pengalaman
Belajar dan Kegiatan Pembelajaran
Adalah kegiatan yang melibatkan siswa dalam
proses mental dan fisik melalui interaksi antara siswa, siswa dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam mencapai kompetensi dasar.
Pengalaman pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar siswa.
BAB X
EVALUASI HASIL BELAJAR
A. Makna Evaluasi
Evaluasi dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu
objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak
ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Oleh karena itu pungsi evaluasi adalah
untuk mengetahui apakah tujuan yang dirumuskan dapat tercapai, evaluasi
merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran
B. Jenis Evaluasi
Pelaksanaan
evaluasi mempunyai manfaat yang sangat besar. Adapun jenis evaluasi dan
maknanya, yaitu :
1. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang
dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.
2. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang
dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan bekajra siswa.
3. Evaluasi diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang
di tujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor
penyebabnya.
4. Evaluasi penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang
digunakan untuk menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai
dengan karakteristik siswa.
C. Alat Evaluasi
Dalam hal
ini alat evaluasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Evaluasi
menggunakan tes baku
Ialah
tes yang dapat dijadikan alat pengukuran secara cepat dan tepat dan dapat
dijadikan pengukuran kemampuan sesuatu dengan hasil yang sah.
2. Evaluasi
menggunakan tes tidak baku
Ialah
tes yang tidak diketahui kesahihannya dalam mengukur kemampuan tertentu secara
tepat, Karena tes tidak baku ialah tes buatan guru.
D. Acuan yang
Digunakan dalam Evaluasi
Kita
membedakan acuan ini kedalam dua macam, yaitu :
1 Acuan norma ialah penilaian yang menggunakan
norma keberhasilan kelompok sebagai batu ukuran.
2. Acuan patokan ialah penilaian yang
menggunakan suatu patokan sebagai dasar penentuan tingkat keberhasilan dalam
evaluasi.
E. Teknik
Evaluasii
Ada dua macam
yang digunakan dalam melakukan evaluasi, Yatu
1. Teknik tes
Tes
ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu tes lisan, tes tulisan, dan tes
perbuatan.
2. Teknik Bukan Tek
Tes
ini umumnya menggunakan alat-alat seperti, wawancara, angket, pengamatan,
daftar chek, skala penilaian.
G. Langkah-langkah Evaluasi
1. Tahapan Persiapan
Pada tahapan ini bahan-bahan yang diperlukan untuk
menyusun alat evaluasi dihimpun, bahan-bahan tersebut meliputi :
a. Tujuan Pengajaran. Yakni bentuk perilaku
yang akan dievaluasi. Bila evaluasi dilakukan secara formatif tujuan pengajaran
di samping untuk kepentingan evaluasi, Bila evaluasi dilakukan sebagai evaluasi
sumatif atau untuk kepentingan diagnostik maupun penempatan, maka perumusan
tujuan disesuaikan dengan maksud tertentu
b. Menentukan
ruang lingkup dan urutan bahan berpedoman pada kisi-kisi yang dibuat. Dalam hal
ini perlu diperhatikan pula penggunaan sumber bahan yang representatif,
sehingga dalam mengambil sample bahan yang akan dievaluasikan betul-betul
mencerminkan tentang berbagai aspek yang akan diukur. Hal ini terutama sekali
berlaku bila bukan evaluasi formatif yang akan dilaksanakan.
c. Menuliskan
butir-butir soal dengan bentuk sebagaimana direncanakan dan dibuat dalam
kisi-kisi
d. Bila
evaluasi dilaksanakan selain untuk kepentingan evaluasi formatif, soal yang
dibuat perlu diuji coba terlebih dahulu sebelum diperbanyak sesuai dengan
kebutuhan.
2. Tahapan pelaksanaan.
Melaksanakan evaluasi harus disesuaikan dengan maksud
tertentu. Evaluasi formatif dilaksanakan setiap kali dilakukan pengajaran
terhadap satu unit pelajaran tertentu. Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir
program, apakah semester atau kelas terakhir (Evaluasi Belajar Tahap Akhir
termasuk pula evaluasi sumatif). Evaluasi diagnostik dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan.
3. Tahap pemeriksaan,
penentuan dan
pengolahan angka atau skor. Dalam memeriksa pekerjaan hasil evaluasi seharusnya
digunakan kunci jawaban, baik untuk evaluasi dengan test essay ataupun t6es
obyektif. Hal ini disamping untuk mempermudah pemeriksaan juga untuk
menghindari unsur subyektif dalam memberikan angka. Angka yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan masih dalam bentuk angka mentah.
I. Evaluasi Berdasarkan Taksonomi Bloom
1. Domain Kognitif (pengetahuan)
Ranah kognitif mencakup
kegiatan otak. Menurut Bloom yaitu segala upaya yang menyangkut aktifitas otak termasuk ranah proses berfikir. Dalam
ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir yaitu:
a.
Pengetahuan/ingatan/hafalan (knowledge)
b. Pemahaman (comprehension)
c.
Aplikasi/Penerapan (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
f. Penilaian (evaluation)
2. Domain
Afektif (sikap)
Ranah
afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak
pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran,
disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan
belajar, dan hubungan sosial.
Beberapa
jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar:
a.
Menerima (Receiving)
b. Menanggapi (Responding)
c. Penilaian (Valuing)
d. Mengorganisasikan (Organization)
e. Karakteristik
nilai/menjadikan pola hidup (Characteriszation
by a value)
3. Domain
Psikomotor (keterampilan)
Ranah psikomotor adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan aktivitas otak, fisik, atau gerakan-gerakan anggota badan.
keterampilan gerak tersebut senantiasa dikaitkan dengan gerak keterampilan atau
penampilan yang sesuai dengan bidang studi yang diajarkan. Penilaian hasil
belajar dengan alat tes yang berupa tes perbuatan. Penilaian terhadap aspek
perbuatan tersebut menuntut kita untuk bertindak dan bersikap teliti terhadap
tiap jenis penampilan siswa
BAB XI
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIPAN PROSES PEMBELAJARAN
A. Penataan
Ruangan kelas
Menciptakan proses pembelajaran yang aktif
meliputi beberapa faktor yang saling berkaitan antara lain dengan menciptakan
lingkungan belajar, yaitu suasana kelas, baik pengelolaan maupun penataan ruang
kelas, sehingga merangsang aktivitas belajar.
B. Penerapan
Prinsip Belajar Sambil Berbuat
Belajar akan efektif jika dilakuka dengan
melakukan kegiatan.Kegiatan belajar meliputi mendengar, melihat, mengerjakan,
atau bentuk-bentuk perbuatan lain. Berbuat berarti juga mengalami, dengan
mengalami proses memperoleh hasil belajar yang bersifat kompleks dapat mudah
tercapai. Bukan hanya siswa, guru pun ketika mengajar hendaknya sambil berbuat
dan memberi keteladanan.
C. Upaya Guru
Membimbing dan Mengarahkan Siswa Untuk Belajar
Bimbingan yang diberikan dalam proses
pembelajaran merupakan bantuan kepada siswa jika menghadapi kesulitan dalam
belajar, sehingga ia mampu mengatasi kesulitan tersebut. Dalam upaya memberikan pelayanan kepada siswa
secara perseorangan guru sepatutnya dapat mengenali siswa mana yang tampak
mengalami kesulitan, terutama jika siswa tersebut tidak mau meminta bantuan,
bantuan perlu diberikan.
1. Membimbing dan mengarahkan siswa sebelum
proses pembelajaran.
2. Membimbing dan mengarahkan siswa membuat perencanaan
kegiatan belajar.
3. Membimbing dan mengarahkan siswa mengikuti
proses pembelajaran.
4. Membimbing dan mengarahkan siswa membuat
catatan belajar.
5. Membimbing dan mengarahkan siswa
mempersiapkam ujian.
D. Upaya
Menangani Siswa yang Menunjukan Gejala Pasif dalam Belajar
Gejala semacam ini dapat mengganggu situasi
kegiatan belajar. Munculnya gejala pasif dan masa bodoh dalam kegiatan belajar
disebabkan faktor-faktor tertentu. Untuk memastikan apa masalah yang dihadapi
dan apa penyebabnya perlu dilakukan pendekatan secara khusus, sehingga siswa
dapat melakukan kegiatan secara aktif.
E. Cara Guru
Memotivasi Siswa untuk Belajar
Ada cara memotivasi siswa agar tetap semangat
belajar dan berhasil dengan baik. Cara-cara tersebut , antara lain:
1. Memberi motivasi belajar kepada siswa
2. Mengembangkan motivasi dan sikap semangat
mengajar
3. Mengarahkan siswa kepada tujuan yang ingin
dicapai
4. Membangkitkan minat belajar
5. Membimbing siswa mengatur waktu dan
disiplin dalam belajar
6. memberi kesempatan siswa untuk aktif
7. menggunakan motode dan kegiatan
pembelajaran yang bervariasi
8. Memberi tugas yang menantang pada siswa
9. Berinteraksi dan berkomunikasi aktif dengan
siswa
10. Menciptakan suasana kelas yang mendukung
belajar
11. Mendorong
siswa untuk belajar yang bermakna
F. Alternatif
Upaya Peningkatan Kemempuan Pribadi Guru
Upaya meningkatkan keaktifan proses
pembelajaran bukan hanya meningkatkan keaktifan belajar siswa melainkan juga
upaya meningkatkan kemampuan profesional guru. Upaya meningkatkan kemampuan
profesional, sepatutnya didasarkan atas kesadaran pada guru itu sendiri untuk
meningkatkan kemampuan pribadi. Adanya kesadaran diri dapat menimbulkan
dorongan yang kuat untuk meningkatkan kemampua memberi dampak pada keberhasilan
upaya yang dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar