Selasa, 24 Desember 2013

Nama                       : Ade Kurniawan  
NPM                       : 12.03.2649
Prodi/Sem.               : Tarbiyah/ PAI/ II
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran
Dosen                      : Dewi Aryani, S.Th.I, M.Pd.I


Ditulis untuk melengkapi tugas Ujian Akhir Semester (UAS)
mata kuliah Strategi Pembelajaran

RESUME BUKU
Judul                : Metode Pembelajaran
Penulis              : Dra. Sumiati dan Asra, M.Ed.
Penerbit            : CV WACANA PRIMA
Tahun               : 2007
ISBN               : 05006
Tebal hal.         : 254 halaman
Cetakan           : 1 (Januari 2007)



INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID)
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
CIAMIS 2013


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dalam buku “Metode Pembelajaran” yang ditulis oleh Dra. Sumiati dan Asra, M.Ed.  yang memiliki tebal 254 halaman dibagi menjadi 11 (Sebelas) bab, yaitu:
Bab I     Pemahaman Tentang Proses Pembelajaran
Bab II   Mengajar Dalam Pembelajaran
Bab III  Belajar Dalam Pembelajaran
Bab IV Interaksi, Komunikasi, Dan Gaya Mengajar
Bab V  Metode Pembelajaran Pendekatan kelompok
Bab VI  Metode Pembelajaran Pendekatan Individu
Bab VII  Mengajar Dalam Praktik
Bab VIII  Sumber Belajar Dan Media Pembelajaran
Bab IX  Pengalaman Belajar
Bab X   Evaluasi Hasil Belajar
Bab XI Upaya meningkatkan keaktifan Proses Pembelajaran

BAB l
PEMAHAMAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN
A.       Pengertian  Pembelajaran dan pengajaran
Jika kita mengamati berbagai praktek pembelajaran yang dilaksanakan oleh para guru, dapat dijumpai gejala beraneka ragam. Secara umu gejala yang dapat diamati dapat dikelompokkan ke dalam tiga pokok utama , yaitu:
1. Ada guru yang mengajar dengan cara menyampaikan materi pembelajaran semata-mata.
2. Ada guru yang mengadakan kondisi sedemikian rupa, sehingga siswa dapat melakukan berbagai kegiatan yang  beraneka ragam dalam mempelajari materi pembelajaran.
3. Ada guru yang membebaskan kepada siswa memilih pembelajaran sesuai minat dan pilihannya, juga memberi kebebasan kepada siswa untuk melakukan proses mempelajari materi pembelajaran.
Uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa proses pembelajaran beraneka ragam.  Hal ini disebabkan, pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses yang kompleks, namun dengan maksud yang sama,yaitumemberi pengalaman belajar kepada siswa sesuai dengan tujuan.
B.       Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
Pada awal proses pembelajaran peran guru akan lebih aktif. Guru memberikan pengetahuan  yang dibutuhkan siswa dengan mengemukakan pendapa, bertanya, menjelaskan, memberikan contohbyang akan dipelajari siswa.
Peran guru dalam proses pembelajaran yang dapat membangkitkan aktivitas siswa setidak-tidaknya menjelankan tugas utama, berikut ini:
  1. Merancanakan Pembelajaran
Perencanaan yang dibuat merupakan antisipasi dan perkiraan tentang apa yang akan dilakukan dalampembelajaran, sehingga tercipta suatu situasi yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang dapat mengantar siswa mencapai tujuan yang diharapkan.
  1. Melaksanakan Pembelajaran
Pelaksanaan  pembelajaran selayaknya berpegang pada apa  yang  tertuang dalam perencanaan Oleh karena itu, guru seharusnya peka terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola  tingkah lakunya dalam mengajar dangan situasi yang dihadapi.
  1. Mengepaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan salah satu komponen pengukur derajat keberhasilan pencapaian tujuan, dan keefektifan proses pembelajaran yang  dilaksanakan.
  1. Memberikan umpan balik
Umpan balik memiliki fungsi untuk membantu siswa memelihara minat atau antusias siswa dalam melaksanakan tugas belajar.
C.        Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang  digunakan dalam pembelajaran berorientasi siswa adalah guru bergeser dan menentukan "apa yang akan dipelajari" bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui  interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan narasumber lain.
D.      Pendekatan Sistem dalam Pembelajaran
Suatu sistem pada dasarnya merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Dengan mengidentifikasi tujuan, dapatlah di analisis komponen yang  terdapat pada sistem itu, serta bagaimana hubungan dan interaksi yang efektif.
E.       Pembelajaran sebagai Suatu Sistem
Ternyata pembelajaran merupakan suatu sistem. Pembelajaran mempunyai sejumlah komponen yang saling  berinteraksi untuk mencapai tujuan. Komponen sistem pembelajaran meliputi materi pembelajaran, metode pembelajaran, alat dan evaluasi pembelajaran. Seluruh komponen tersebut saling berhubungan, diarahkan untuk  mencapai tujuan. Pengertian sistem pembelajaran inidapat diterapkan dalam ruang lingkup luas, seperti sistem pembelajaran di sekolah atau lembaga pendidikan.
F.        Pembelajaran kontekstual
1.    Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran ada yang bersifat universal atau semua mempelajarinya, seperti berbicara, berjalan, atau makan.  Ada pula pembelajaran yang tidak universal, karena seseorang mempelajari sesuatu  yang berbeda dari orang lain. Inilah  yang  menunjukan bahwa pembelajaran adalah kontekstual. Pembelajaran pada awalnya di kembangkan oleh John Dewen dari pengalaman tradisionalnya, merumuskan kurikulum dan metodologi pembelajaran yang berkaitan dengan pengalaman dan minat siswa. Siswa akan belajar dengan baik bila dihubungkan dengan apa  yang sudah mereka ketahui dan yang  terjadi di sekitarnya. Jadi dengan demikian pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif dll.
2.     Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Penerapan kontekstual di kelas  melibatkan tujuh utama pembelajaran efektif, yaitu :
a. Kontruktivisme
yaitu mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan belajar sendidri, menemukan sendiri, dan mengknstruksi sendidri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Bertanya
Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Melalui bertanya siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri.
c. Menemukan
melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik. Siswa diberi permasalahan untuk menangani permasalahan yang mereka hadapi dengan dunia nyata.
d. Masyarakat belajar
Yaiu menciptakan masyarakat belajar. Siswa hidup dalam lingkungan tempat tinggalnya atah lingkungan sekolah. Dengan demikian, masyarakat bisa dijadikan sumber daya untuk mengembangkan pembelejaran kontekstual.
e. Pemodelan
menampilkan model sebagai contoh. Siswa akan lebih mudah memahami dan menerapkan proses dan hasil belajar, guru menyediakan dalam bentuk suatu  model, bukan hanya lisan.
F. Refleksi
Membuat refleksi akhir pertemuan pembelajaran. Hal ini merupakan ringkasan dari pembelajaran yang telah disampaikan guru.
g. Penilaian sebenarnya
Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Penilaian bisa berupa pertanyaan berdasarkan isi pembelajaran.
3.   Kegiatan dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
Semuanya bisa berupa kombinasi dari kegiatan-kegiatan berikut:
a. Pembelajaran Otentik
b. pembelajaran berbasis inquiry
c. Pembelajaran berbasis ma masalah
d. Pembelajaran Layanan
e. Pembelajaran berbasis kerja
4. Prinsip Dasar Pembelajaran kontekstual
Agar siswa dapat mengembangkan cara belajar sendiri dan selalu mengkaitkan dengan apa  yang sudah diketahui danpa yang ada di masyarakat, yaitu aplikasi dan konsep yang dipelajari.
4.   Metode Pembelajaran Kontekstual
Menggunakan situasi kehidupan nyata dari masyarakat setempat dimana siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka kembangkan.
BAB ll
MENGAJAR DALAM PEMBELAJARAN
A.  Latar Belajar Peredaan Pengertian Belajar
Pengertian belajar dirumuskan para ahli, antara satu dengan yang lainnya ada perbedaan. Perbedaan ini disebabkan oleh latar belakang pandangan maupun teori yang dipegang. Terdapat beberapa alasan mengapa muncul aneka ragam pengertian itu. Diantaranya :
1. Ada Perbedaan dalam Mengidentifikasi Fakta.
2. Perbedaan Penafsiran terhadap Fakta.
3. Perbedaan Terminologi (Peristilahan) yang Digunakan Serta Konotasi Masing-masing Istilah itu.
4. Perbedaan Penekanan terhadap Aspek Tertentu.
B.   Pengertian Mengajar
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa.
Secara tradisional mengajar diartikan sebagai suatu proses penyampaian pengetahuan atau keterampilan yang berkaitan dengan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa, sebagaimana yang dituntut dalam penguasaan mata pelajaran tertentu.
Secara pembelajaran adalah terjadinya proses belajar yang dilakukan oleh siswa dalam mempelajari suatu materi pembelajaran tertentu. Agar pengalaman belajar itu terarah, guru mempersiapkan bentuk-bentuk pengalaman belajar yang sepatutnya dimiliki oleh siswa.
C.   Asas-Asas Mengajar
1. Mengajar sepatutnya mempertimbangkan pengamalan belajar siswa yang dimiliki sebelumnya.
2. Proses pembelajaran dimulai jika siswa dalam keadaan sikap untuk melakukan melakukan kegiatan belajar.
3. Materi pembelajaran seharusnya menarik minat siswa untuk mempelajarinya.
4. Dalam melaksanakan pembelajaran guru harusnya berupaya agar siswa termotivasi melakukan kegiatan belajar.
5. Proses pembelajaran sepatutnya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
6. Pembelajaran sepatutnya mengantarkan siswa untuk  melakukan proses belajar secara aktif.
7. Pelaksanaan pembelajaran sepatutnya berpegang pada prinsip-prinsip pencapaian hasil belajar secara psikologis.
D.   Prinsip-Prinsip Umum Mengajar
1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa.
2. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa.
4. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar.
5. Tujuan Pembelajaran harus diketahui siswa.
6. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang belajar.
E.   Persyaratan Keterampilan Guru dalam Proses Pembelajaran
1. Penguasaan Materi Pembelajaran.
2. Kemempuan Menerapkan Prinsip-prinsip psikologi.
3. Kemampuan Menyelenggarakan Proses Pembelajaran.
4. Kemampuan Menyesuaikan Diri dengan Berbagai Situasi Baru.
BAB III
BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN
A.  Pengertian Belajar
Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.
B.  Asumsi Pengaktifan Siswa dalam Belajar
1.  Kegiatan belajar merupakan proses kontinyu dan bervaryasi.
2.  Dalam proses belajar ada keterlibatan mental dari siswa secara optimal.
3.  Komunikasi dalam pembelajaran berlangsung dalam banyak arah.
4. Untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa perlu menggunakan berbagai metode pembelajaran yang efektif.
C.  Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip Belajar Prinsip belajar dibagi menjadi dua yaitu prinsip umum belajar dan prinsip belajar pada aktivitas siswa.
1. Prinsip Umum Belajar
Prinsip Umum Belajar Belajar menurut Wingo (1970:194) didasarkan atas prinsip- prinsip sebagai berikut:
a.  Hasil belajar sepatutnya menjangkau banyak segi
b.  Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman
c.  Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan
2. Prinsip Belajar pada Aktifitas Siswa.
Prinsip Belajar pada Aktivitas Siswa Prinsip belajar yang menekankan pada aktivitas siswa, antara lain:
a.  Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami
b.  Belajar merupakan transaksi aktif
c.  Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga dapat berupaya mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya
d. Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan (masalah) sehingga mencapai pemecahan atau tujuan
e.  Hanya dengan melalui penyodoran masalah memungkinkan diaktifkannya motivasi dan upaya, sehingga siswa berpengalaman dengan kegiatan yang bertujuan
D. Teori-teori Belajar
1. Teori Belajar Asosiasi
Teori belajar asosiasi Menurut ahli psikologi asosiasi, perilaku individu pada hakekatnya terjadinya karena adanya perilaku atau hubungan antara stimulus dan respons. Dengan membuat kode S untuk stimulus dan R untuk respon, dapat dikatakan bahwa suatu S mempunyai ikatan atau bond dengan R tertentu. Oleh karena itu, teori ini dikenal dengan S R Bond Theory. Belajar menurut teori ini adalah membentuk ikatan atau hubungan antara S R.
2. Teori Belajar Gestalt
   Teori belajar Gestalt Psikologi gestalt memandang bahwa belajar terjadi jika diperoleh insigh (pemahaman). Insight timbul secara tiba-tiba, jika individu telah dapat melihat hubungan antara unsur-unsur dalam situasi problematis. Dapat pula dikatakan bahwa insight timbul pada saat individu dapat memahami struktur yang semula merupakan suatu masalah.
3. Teori Belajar Kognitif
   Teori belajar kognitif Berdasarkan teori belajar kognitif, belajar merupakan suatu proses terpadu yang berlangsung di dalam diri seseorang dalam upaya memperoleh pemahaman dan struktur kognitif baru, atau untuk mengubah pemahaman dan struktur kognitif lama.
4. Arti Teori Belajar bagi pembelajaran
Setiap teori memiliki implikasi bagi pembelajaran. Bagi guru teori belajar ini dapat memperjelas fungsinya bagi siswa dalam belajar. Dengan demikian pembelajaran apapun dapat diajarkan asal berfungsi meningkatkan kemampuan berpikir.
Prinsup umun yang dapat dipetikdari aneka ragam dari teori belajar, yaitu:
a. Proses belajar adalah komplek namun terorganisasi.
b. Motivasi sangat penting dalam belajar.
c. Belajar berlangsung dari yang sederhana meningkat pada yang kompleks.
d. Belajar meningkatkan proses perbedaan dan penggeneralisasian berbagai respons.
E. Tipe-tipe Belajar
1.   Signal Learning (Belajar Isyarat)
Belajar tipe ini merupakan tahap yang paling dasar. Jadi, tidak ada persyaratan, namun merupakan hierarki yang harus dilalui untuk menuju jenjang belajar yang paling tinggi. Signal learning dapat diartikan sebagai penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat involuntary ( tidak sengaja dan tidak disadari tujuannya).
2.   Stimulus-Respons Learning (Belajar Stimulus­-respon)
Bila tipe di atas digolongkan dalam jenis classical condition, maka belajar 2 ini termasuk ke dalam instrumental conditioning atau belajar dengan trial and error (mencoba-coba).
3.   Chaining (Rantai atau Rangkaian)
Chaining adalah belajar menghubungkan satuan ikatan S-R (Stimu­lus-Respons) yang satu dengan yang lain.
4.   Verbal Association (Asosiasi Verbal)
Baik chaining maupun verbal association, yang kedua tipe belajar ini,  menghubungkan satuan ikatan S-R yang satu dengan lain. Bentuk verbal association yang paling sederhana adalah bila diperlihatkan suatu bentuk geometris, dan si anak dapat mengatakan “bujur sangkar”, atau mengatakan “itu bola saya”, bila melihat bolanya.
5.   Discrimination Learning (Belajar Diskriminasi)
Discrimination learning atau belajar membedakan. Tipe ini peserta didik mengadakan seleksi dan pengujian di antara­ perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian memilih pola-pola respons yang dianggap paling sesuai.
6.   Concept Learning (Belajar Konsep)
Concept learning adalah belajar pengertian. Dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau konsep.
7.  Rule Learning (Belajar Aturan)
Rule learning belajar membuat generalisasi, hukum, dan kaidah. Pada tingkat ini peserta didik belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (induktif, dedukatif, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas)
8.   Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini para peserta didik belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan respons terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik, yang mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya.
F.   Bentuk-Bentuk Belajar
1. Belajar Verbal
2. Belajar Konsep dan Prinsip
3. Belajar Pemecahan Masalah
4. Belajar Keterampilan
G.   Faktor-Faktor dalam Belajar
1.   Motivasi untuk Belajar
Monivasi ini pada dasarnya merupakan keinginan yang ingin dipenuhi, maka ia timbul jika ada rangsangan, baik karena adanya kebutuhan maupun minat terhadap sesuatu. Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong siswa untuk berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya perilaku dalam belajar. Tanpa motivasi belajar siswa tidak dapat belajar.
2.  Tujuan yang Hendak Dicapai
Tujuan pembelajaran adalah arah atau sasaran yang hendak dituju oleh proses pembelajaran. Sebagaimana motivasi, tujuan juga terdapat dalam belajar seharusnya timbul dan ada diri siswa.
3.   Situasi atau Keadaan yang Mempengaruhi Proses Belajar
Faktor situasi atau keadaan yang mempengaruhi proses belajar pada siswa berkaitan pada diri siswa itu sendiri.
BAB IV
INTERAKSI, KOMUNIKASI, DAN GAYA MENGAJAR
A.  Interaksi dalam Proses Pembelajaran
Proses interaksi dalam mengajar terjadi antara guru, isi pembelajaran, dan siswa. Pola Interaksi terbagi sebagai berikut, yaitu :
1.   Pola Dasar Interaksi dalam Pembelajaran
Dalam pola dasar interaksi belum terlihat unsur pembelajaran yang meliputi unsur guru, isi pembelajaran dan siswa yang semuanya belum ada yang mendominasi proses interaksi dalam pembelajaran. Dijelaskan bahwa adakalanya guru mendominasi proses interaksi, adakalanya isi yang lebih mendominasi, adakalanya juga siswa yang mendominasi interaksi tersebut atau bahkan adakalanya antara guru dan siswanya secara seimbang saling mendominasi.
2.   Pola Interaksi dalam Pembelajaran Berpusat pada Isi
Dalam proses pembelajaran terdapat kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran disatu sisi dan siswa mempelajari isi pembelajaran tersebut disisi lain, namun kegiatan tersebut masih berpusat pada isi/materi pembelajaran.
3.   Pola Interaksi dalam Pembelajaran Berpusat pada Guru
Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata bepusat pada guru, pada umumnya terjadi proses yang bersifat penyajian atau penyampaian isi atau materi pembelajaran. Dalam praktik pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada dipihak guru yang bersangkutan, sedangkan siswa hanya menerima dan diberi pembelajaran yang disebut juga siswa pasif.
4.   Pola Interaksi dalam Pembelajaran Berpusat pada Siswa
Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada siswa, siswa merencanakan sendiri materi pembelajaran apa yang akan dipelajari dan melaksanakan proses belajar dalam mempelajari materi pembelajaran tersebut. Peran guru lebih banyak bersifat permisif, yakni membolehkan setiap kegiatan yang dilakukan para siswa dalam mempelajari apapun yang dikehendakinya.
Untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru membuat perencanaan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana yang telah dibuat. Dengan cara semacam ini, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak siswa.
B.   Penataan Pola Komunikasi dalam Proses Pembelajaran
1. Pola Komunikasi
2. Fungsi Guru dan Komunikasi
3. Komunikasi Manusiawi antara Guru dengan Siswa
4. Sikap Guru-Siswa dalam Berkomunikasi
5. Upaya MeningkatkanHubungan Guru-Siswa
6. Komunikasi Nonverbal
C.   Berbagai Gaya Mengajar
Gaya-gaya mengajar dapat dibedakan ke dalam empat macam, yaitu:
1. Gaya Mengajar Klasik
Guru dengan gaya mengajar klasik masih menerapkan konsepsi sebagai satu-satunya cara belajar dengan berbagai konsekuensi yang diterimanya. Guru masih mendominasi kelas dengan tanpa memberi kesempatan pada siswa untuk aktif sehingga akan menghambat perkembangan siswa dalam proses pembelajaran. Gaya mengajar klasik mempunyai dua macam aliran, yaitu:
a. Aliran perenialism yang menekankan pada penyampaian budaya yang berpusat pada  kemanusiaan (humanity).
b. Aliran essentialism yang menekankan pada penyampaian budaya yang berkenaan dengan   science.
Dalam aliran perenialismis pelajaran banyak mengenai dasar pembentukan intelek dan komunikasi dengan dunia luar. Tujuan pendidikan perenialism adalah memperbaiki intelek dengan mendisiplin mentalnya
2.  Gaya Mengajar Teknologis
Fokus gaya mengajar ini pada kompetensi siswa secara individu. Bahan pelajaran disesuaikan dengan tingkat kesiapan anak. Peranan isi pelajaran adalah dominan.Oleh karena itu bahan disusun oleh ahlinya masing-masing. Peranan siswa disini adalah belajar dengan menggunakan perangkat atau media.
Perkembangan penggunaan istilah teknologi pendidikan ini melalui 3 kategori:
   a. Penggunaan Audio Visual Aids dikelas untuk memperjelas informasi dan merangsang berpikir
   b. Penggunaan bahan-bahan terprogram
   c. Penggunaan Komputer dalam pendidikan
3.   Gaya Mengajar Personalisasi
Guru yang menerapkan gaya mengajar personalisasi menjadi salah satu kunci keberhasilan pencapaian prestasi belajar siswa. Guru memberikan materi pelajaran tidak hanya membuat siswa lebih pandai semata-mata, melainkan agar siswa menjadikan dirinya lebih pandai.
Tujuan utama pengajaran personalisasi mengembangakan pribadi siswa secara utuh, sehingga dia dapat menangani masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
4.   Gaya Mengajar Interaksional
Gaya mengajar interaksional lebih mengedepankan dialogis dengan siswa sebagai bentuk interaksi yang dinamis. Guru dan siswa atau siswa dengan siswa saling ketergantungan, artinya mereka sama-sama menjadi subyek pembelajaran dan tidak ada yang dianggap baik atau sebaliknya. Dasar pandangan pengajaran interaksional adalah bahwa hasil belajar diperoleh melalui antara guru-siswa, dan siswa-siswa lain, juga interaksi antara siswa dengan kehidupannya.
BAB V
METODE PEMBELAJARAN PENDEKATAN KELOMPOK
A.   Konsep Belajar yang Berpusat pada Siswa
Konsep ini bersumber dari teori kurikulum yang berpusat pada siswa, siswa mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan materi pembelajaran. Jelaslah bahwa aktivitas siswa merupakan factor dominan dalam pembelajaran.
B. Penerapan Model Dasar Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran ini dapat menentukan seluruh kegiatan maupun isi pembelajaran. Tujuan pembelajaran dasarny merupakan rumusan tentang bentuk-bentuk tingkah laku yang akan dimiliki siswa setelah melakukan proses belajar, atau setelah mengikuti proses pembelajaran. Rumusan tujuan dibuat berdasarkan analisis terhadap berbagai tuntutan, kebutuhan, dan harapan. Oleh karena itu tujuan dibuat dengan mempertimbangkan factor-faktor masyarakat, siswa itu sendiri, serta ilmu pengetahuan. Jadi tujuan pembelajaran merupakan harapan.
2. Pengenalan Keadaan Siswa
Pengenalan keadaan siswa dilakukan sebelum berlangsungnya proses pembelajaran.,yaitu apakan siswa menguasai materi pembelajaran yang akan diberikan atau sampai sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang akan diajarkan itu.
3.   Prosedur atau Strategi Pembelajaran
Prosedur pembelajaran meliputi:
a. Metode pembelajaran apa yang digunakan dan kegiatan apa yang akan dilakukan.
b. Alat atau media pembelajaran apa yang akan digunakan.
c. berapa lama proses pembelajaran berlangsung.
4.   Penilaian Hasil Belajar
Langkah terakhir dalam proses pembelajaran adalah melaksanakan evaluasi atau penilaian terhadap sejauh mana proses pembelajaran dapat mencapai tujuan.
C.   Metode Pembelajaran
1.    Ketepatan Penggunaan Metode Pembelajaran
Untuk melaksanakan proses pembelajaran yang aktif itu perlu menentukan metode pembelajaran yang tepat. Pertimbangan pokok untuk menentukan metode pembelajaran terletak pada keefektifan proses pembelajaran.
Metode pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar.
2.   Beberapa Metode Pembelajaran
a.   Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
b.   Metode Simulasi
Simulasi dapat di artikan sebagai suatu cara pembelajaran dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan. Jadi, simulasi pada dasrnya semacam permainan dalam pembelajaran yang diangkat dari realita kehidupan.
c.   Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Demontrasi berarti pertunjukan atau peragaan, dalam pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dilakukan pertunjukan suatu proses, berkenaan dengan materi pembelajaran.
Perbedaan utama antara demonstrasi dan eksperimen, ternyata hanya pada pelaksanaan. Demonstrasi hanya melakukan percobaan di depan kelas. Sedangkan Eksperimen memberi kesempatn pada siswa untuk melakukan percobaan sendiri tentang proses yang dimaksud.
d.   Metode Inquiry dan Discovery
Metode Inquiry dan Discovery pada dasarnya dua metode pembelajaran yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Inquiry artinya pendekatan, sedangkan discovery adalah penemuan. Dengan melalui pendidikan akhirnya siswa dapat memperoleh suatu penemuan. Dengan motode inquiry dan discovery, siswa melakukan suatu proses mental yang bernilai tinggi, disamping proses kegiatan fisiknya.
e.   Metode Latihan dan Praktek
Dalam belajar verbal dan belajar keterampilan, meningkatkan hasil belajar dapat dicapai melalui latihan dan praktek. Latihan biasanya berlangsung dengan cara mengulang-ulang suatu pelajaran sampai terbentuk kemampuan yang diharapkan, sedangkan praktek biasanya dilakukan suatu kegiatan dalam situasi sebenarnya, sehingga memberi pengalaman pembelajaran secara langsung. Latihan dan praktek dapat dilakukan secara perseorangan, kelompok atau klasikal.
BAB VI
METODE PEMBELAJARAN PENDEKATAN INDIVIDU
A.   Konsep Dasar Belajar Tuntas
1.    Pengertian Belajar Tuntas
Belajar tuntan dapat diartikan sebagai penguasaan hasil belajar siswa secara penuh terhadap materi pembelajaran yang dipelajari. Hal ini berlandaskan kepada suatu gagasan bahwa siswa dapat menguasai apa yang di ajarkan di sekolah, jika pembelajaran dilaksanakan secara sistematik.
2.   Asumsi Dasar Belajar Tuntas
a. Semua atau hamper semua siswa dapat menguasai apa yang diajarkan kepadanya jika pembelajaran dilaksanakan secara sistematis.
b. Tingkat keberhasilan siswa di sekolah ditentukan oleh kemampuan bawaan atau bakat yang dimiliki masing-masing.
3. Strategi Belajar Tuntas dan pembelajaran Individu
Metode pembelajaran yang menggunakan konsep belajar tuntas sangat mementingkan perhatian terhadap pembelajaran individual.
Selanjutnya menurut Bloom beberapa implikasi belajar tuntas dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Dengan kondisi optimal, sebagian besar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara tuntas (mastery learning).
2. Tugas guru adalah mengusahakan setiap kemungkinan untuk menciptakan kondisi yang optimal, meliputi waktu, metode, media dan umpan yang baik bagi siswa.
3. Perbedaan bakat terhadap suatu ata pelajaran sesuai dengan jumlah waktu yang diperlukan untuk menguasai secara tuntas mata pelajaran tersebut.
4. Perumusan tujuan instruksional khusus sebagai satuan pelajaran mutlak diperhatikan, agar supaya para siswa mengerti hakikat tujuan dan prosa dan belajar.
5. Bahan pelajaran dijabarkan dalam satuan-satuan pelajaran yang kecil-krcil dan selalu diadakan pengujian awal (pretest) pada permulaan pelajaran dan penyajian akhir (posttest) pada akhir satuan akhir pelajaran.
6. Diusahakan membentuk kelompok-kelompok yang kecil (4-6 orang) yang dapat berteman secara teratur sehingga dapat saling membantu
7. dalam memecahkan kesulitan-kesulitan belajar siswa secara efektif dan efisien.
8. Sistem evaluasi berdasarkan atas tingkat penguasaan tujuan instruksional khusus bagi materi pelajaran yang bersangkutan yaitu menggunakan “criteria referenced test” bukannya “norm referenced test”.
B.   Strategi Belajar Tuntas Model Bloom
Menurut Benyamin Bloom (Ramayulis,194:1990) ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam belajar tuntas yaitu:
  1. Menentukan unit pelajaran (dipecah untuk setiap satu dua minggu).
  2. Merumuskan tujuan pengajaran (secara khusus dan terukur).
  3. Menentukan standar ketuntasan (patokan berupa persentase).
  4. Menyusun dianostik test, test formatif sebagai dasar umpan balik.
  5. Mempersiapkan seperangkan tugas untuk dipelajari.
  6. Mempersiapkan seperangkat pengajaran korektif (bagi peserta didik yang lemah).
  7. Pelaksanaan pengajaran biasa (group based instruction).
  8. Evaluasi sumatif, (apabila selesai satu unit).
C.   Belajar Tuntas dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Ketentuan belajar tuntas dalam KTSP adalah tingkat ketercapain kompetensi belajar tingkat ketercapain kompetensi ketuntasan belajar tingkat ketercapain kompetensi setelah siswa mengikuti pelajaran dengan menggunakan kriteria ketuntasn minimal (KKM). Siswa yang sudah tuntas diberi program pengayaan, sedangkan siswa yang belum tuntas diberi program remedial.
D.   Sistem Pembelajaran Modul
1.   Apakah Sistem Pembelajaran Modul
Modul merupakan sistem pembelajaran individual. Tujuan utama untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran di sekolah.Modul dapat dipelajari di mana saja, lama sebuah modul tidak tertentu. Dapat beberapa menit, jam dan dapat dilakukan tersendiri atau diberi variasi dengan metode lain.
2.   Ciri-ciri Modul
a.  sebuah modul adalah unit pembelajaran terkecil ytang direncanakan dan ditulis secara sistematis dan operasional, terdiri atas:
   1. Rumusan tujuan yang diharapkan dapat dikuasai siswa setelah menjelaskan unit pelajaran.
   2. Deskripsi isi pembelajaran yang harus dipelajari siswa
   3. Daftar alat-lat pelajaran yang akan digunakan siswa dalam proses pembelajaran
   4. kegiatan belajar yang harus dilakukan disusun dalam bentuk :
      a. Teks bacaan dan petunjuk yang harus diikuti.
      b. Lembar kerja siswa (LKS) yang berisi tugas-tuygas yang harus diselesaikan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sebagaimana pada poin di atas.
   5. Kunci jawaban llembar kerja siswa
   6. Lembar evaluasi tes untuk mengukur taraf pengyuasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang dipelajari dilengkapi dengan lembaran jawaban.
   7. Kunci evaluasi berisi jawaban yang benar dari setiap soal tes sebagaimana tercantum pada lembaran evaluasi.
   8. Petunjuk guru yang berisi petunjuk penggunaan modul.
b.  Sebuah moduil dirancang sedemikian rupa agar memungkinkan siswa dapat belajar swendiri seoptrimal mungkin
c.   Sebuah modul dirancang sedemikian rupa sehingga penilaian terhadap kemajuan siswa dapat dilakukan secara cermat melalui evaluasi setiap akhir unit pelajaran.
d.  Sebuah modul dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan belajarnya masing-masing.
e.  Sebuah modul dirancang berdasarkan pada "belajar tuntas" taraf ketuntasan yang ditekankan adalah 75 persen. Siswa yang belum mencapai taraf itu, tidak boleh lanjut.
E.   Sistem Pembelajaran Berprogram
Model pembelajaran berprogram ialah suatu bentuk pembelajaran dengan mempergunakan yang bekerja serba otomatis atau kunci-kunci jawaban tertulis yang dibuat sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat mempelajari sendiri bahan-bahan yang telah tersusun secara sismatis.
F.   Fersonalized System of Instruction (PSI)
A.  Pengertian Personalized System of Instructions
Personalized System of Instructions (PSI) merupakan pembelajaran berbasis personal atau individu siswa yang sudah dimodifikasi dengan sistem cooperative learning. PSI merupakan pembelajaran yang menggunakan sistem modular dimana siswa dibantu oleh seorang tutor yang dapat berupa guru atau teman satu kelasnya.
Sistem pengajaran Personalization System of Instruction (PSI) diterapkan pada suatu pelajaran yang lengkap.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pembelajaran sangat memperhatikan perbedaan individual.
B.  Prosedur Pelaksanaa Pembelajaran Personalized System of Instructions
a.  Merumuskan sejumlah tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa
b. Menentukan patokan penguasaan atau mastery pembelajaran yang akan dipelajari.
c.  Merumuskan satuan pelajaran byang merupakan pokok -pokok bahasa yang akan dipelajari daklam rangka mencapai tujuan.
d.  Pokok-pokok bahasa itu dipecah ke dalam bagian bagian lebih kecil sehingga dapat dipelajari secara tuntas.
e. Prosedur pembelajaran ditentukan untuk dilakukan siswa dalam rangka mencapai tujuan. Prosedur itu tercermin pada perumusan :
1.   Daftar tujuan pembelajaran pada satuan pelajaran
2.   Sejumlah saran belajar yang menekankan pada membaca materi tertulis atau materi  lain.
3.  Sejumlah kegiatan belajar untuk memberikan rangsangan berpikir dan bimbingan belajar.
 4. Sejumlah soal tes yang berkaitan dengan tujuan daripada satuan pelajaran yang dipelajari tersebut.
f.  Setiap siswa mempelajari unit-unit pelajaran dengan kecepatan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
 g. Tes diikuti oleh seluruh siswa, dengan bantuan asisten untuk memeriksa hasilnya.
h.  Memberikan bimbingan kepada siswa yang belum menguasai materi penuh.  
i.   Evaluasi sumatif pada saat seluruh unit selesai dipelajari untuk menentukan angka keberhasilan.
G.  Sistem Pembelajaran Plan
1.   Pengertian Sistem Pembelajaran Plan
Pengertian Sistem Pembelajaran Plan adalah singkatan dari Program for Learning in Accordance with Needs, yaitu semacam program belajar sesuai dengan kebutuhan. Dikembangkan sejak tahun 1966, di Amerika Serikat oleh The American Institute for Research (Lembaga Penelitian), bekerja sama dengan The Westing House Learning Corporation. Namun pada akhirnya sejak tahun 1972 dilaksanakan pengembangannya secara penuh oleh The Westing House Learning Corporation. Percobaan ini dilakukan dalam mata pelajaran Bahasa, Matematika, IPA, dan IPS. Siswa belajar dengan sistem PLAN berdasarkan kepada kecepatan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Program, yang dipelajari telah dirancang secara khusus.
2.  Langkah-Langkah Melaksanakan Sistem Pembelajaran Plan
 Langkah-langkah pokok dalam menggunakan atau melaksanakan sistem pembelajaran PLAN adalah sebagai berikut:
a. Pada awal tahun ajaran setiap siswa menyelesaikan serangkaian UMB yang bersifat orientasi belajar dengan sistem ini. Dengan demikian siswa dapat mengenal materi maupun prosedur belajarnya.
b. Jika orientasi telah selesai dilaksanakan, siswa memasuki berbagai kegiatan mempelajari UMB orientasi mata pelajaran yang harus dipelajarinya.
c. Dalam proses penempatan dilakukan tes hasil belajar atau tes penempatan.
d. Jika suatu program studi telah disetujui, siswa mempelajari UMB yang bersangkutan sesuai dengan kecepatannya.
e. Begitu siswa dapat menyelesaikan tiap UMB dapat diketahui tingkat kemampuannya secara tuntas terhadap tujuan melalui skor tes yang ada pada komputer, atau melalui penilaian guru.


BAB VII
MENGAJAR DALAM PRAKTIK
A.  Memberikan Penjelasan
Kegiatan memberi penjelasan hampir ada dalam setiap pembelajaran.
Tujuannya, yaitu :
1. Memeberi pengertian kepada siswa.
2. Mengarahkan siswa berpikir logis, estetis,dan selaras dengan kaidah-kaidah moral.
3. Melatih kemampuan berpikir menggunakan hubungan sebab akibat.
4. Memberi bekal untuk mandiri dalam mengambil keputusan bagi diri sendiri, serta menanamkan keyakinan terhadap apa yang dipelajari.
5. Menuntun siswa kepada pengertian yang jelas dalam menjawab pertanyaan.
6. Melibatkan siswa dalam berpikir dalam memecahkan masalah.
7. Menghindari salah pengertian.
B.  Mengajukan Pertanyaan
Suatu proses pembelajaran memungkinkan untuk dapat mengembangkan kebebasan mengeluarkan aspirasi, berupa pertanyaan atau jawaban, baik siswa atau guru, atau menguji suatu ide atau teori maupun praktek penyelenggaraan, sesuai dengan fakta atau penerapan.
C.  Memberi Penguatan
Untuk membangkitkan gairah dalm mengikuti pelajaran, diperlukn pula upaya guru dalam memberikan penguasaan bentuk-bentuk tingkah laku siswa yang dinilai positif. Cara memberikan penguatan ini dengan bentuk kata-kata pujian, gerakan anggota tubub yang menyatakan setuju, senyum, atau bentuk-bentuk gerakan lain yang membuat siswa senang.
D.  Pengembangan Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah
Masalah pada dasarnya hambatan atau rintangan yang harus disingkirkan, atau pertanyaan yang harus dijawab atau dipecahkan. Masalah diartikan kesenjangan antara kenyataan dan apa yang seharusnya, upaya itu bisa dilakukan dengan cara mengetahui masalah dengan pakta yang ada, terutama yang terkait dengan problematis tadi,selanjutnya direnungkan atau dipikirkan bagaimana seharusnya situasi itu, berdasarkan dengan teori ilmiah maupun dari asumsi-asumsi yang diturunkandari teori,  atau konsep-konsep yang didapat dari berbagai pustaka terkait, baik berupa buku, jurnal ,maupun laporan hasil penelitian.
E.   Menyelenggarakan Diskusi
Diskusi adalah salah satu metode pembelajaran agar siswa dapat berbagi pengetahuan, pandangan, dan keterampilannya. Tujuan diskusi adalah untuk mengeksplorasi pendapat atau pandangan yang berbeda dan untuk mengidentifikasi  berbagai kemungkinan. Metode diskusi ini dapat digunakan untuk belajar konsep dan prinsip, Melalui metode pembelajaran ini siswa dapat memahami konsep dan prinsip secara baik. Kegiatan belajar siswa akan lebih aktif terutama dalam proses bertukar pikiran melalui komunikasi verbal.
BAB VIII
SUMBER BELAJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN

A.  Sumber Belajar
1.   Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
2.   Klasifikasi Sumber Belajar
Jika diklasifikasikan sumber belajar dapat dibagi kedalam enam bagian, yaitu :
a.  Pesan (Message), yaitu informasi yang ditransmisikan (diteruskan) oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti dan data.
b.  Manusia (People), yaitu manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan
c. Teknik (Technic), yaitu cara, langkah-langkah, atau aktivitas untuk menyampaikan pesan belajar.
d. Bahan (Material), yaitu perangkat lunak yangmengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri.
e.    Alat/Perlengkapan (Tool/Equipment), yaitu perangkat keras yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan
f.   Lingkungan (Setting), yaitu situasi sekitar dimana pesan disampaikan, baik lingkungan fisik maupun non fisik. Ditinjau dari tipe atau asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a.  Sumber belajar yang dirancang (learning recources by design) yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Sumber belajar semacam ini sering disebut bahan pembelajaran.
b.  Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning recources by utilization) yaitu sumber belajar yang tidaksecara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.
B.   Media Pembelajaran
1.   Pengertian Media Pembelajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar.  Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
2.   Jenis-jenis Media Pembelajaran
      Berdasarkan jenisnya media dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) bentuk yaitu:
 a.   Media auditif
       Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja. Karakteristik media ini berkaitan dengan indera pendengaran.
b.    Media visual
      Karakteristik dari media ini sangat mengandalkan indera penglihatan. Media iniada yang menampilkan gambar diam seperti film strips atau film rangkai, slides film bingkai, gambar atau lukisan, cetakan.
c.   Media audio visual
      Karakteristik media ini adalah memiliki unsur suara dan unsur gambar. Jenis mediaini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua yaitu media audio dan visual.
C.   Lembaran Kerja Siswa
Suatu upaya untuk meningkatkan keefektifan belajar siswa dalam pembelajaran adalah dengan memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan kegiatan secara perseorangan atau secara berkelompok dalam menyelesaikan lembar kerja siswa.
BAB lX
PENGALAMAN BELAJAR
A.   Prinsip Umum Pengalaman Belajar
Ralph W. Tyler (1970) mengemukakan prinsip umum dalam memilih pengalaman belajar yang dapat dijadikan metode pembelajaran sebagai berikut :
1. Siswa harus memiliki pengalaman belajar yang memberinya kesempatan untuk mempraktekkan jenis perilaku yang dimaksudkan dalam tujuan.
2. Pengalaman belajar harus memberikan kepuasan kepada siswa melalui pelaksanaan atau penampilan perilaku sebagaimana dikehendaki dalam tujuan.
3. Pengalaman belajar harus dalam batas kemampuan siswa. Dipertimbangkan baik secara psikologis maupun akademis
4. Banyak bentuk pengalaman belajar yang dapat digunakan untuk mencapai suatu  tujuan.
5. Pengalaman hendaknya selain dapat menunjang siswa mencapai suatu jenis perilaku dalam tujuan,  namun siswa dapat pula mengembangkan kemampuan yang lain
B.   Pengalaman Belajar Menurut Edgar Dale
Berdasarkan kerucut pengalaman dale, pengalaman belajar yang paling tinggi nilainya yaitu pengalaman yang diperoleh dari hasil kontak langsung dengan lingkungan objek, binatang, manusia dsb. Jadi pengalaman yang paling tinggi nilainya dan paling kongkrit dan nomor terakhir yang paling rendah dan paling abstrak.
C.   Penagalaman Belajar Menurut Peter Shea
Berdasarkan pengalaman belajar yang dilakukan oleh Peter Shea,maka siswa belajar 10% dari apa yang siswa baca, 20% dari yang siswa dengar, 30% dari apa yang siswa lihat, 50% dari apa yang siswa lihat dan dengar, 70% dari apa yang siswa katakan, dan 90% dari apa yang siswa katakan dan lakukan.
D.   Pengalaman Belajar dan Kegiatan Pembelajaran
Adalah kegiatan yang melibatkan siswa dalam proses mental dan fisik melalui interaksi antara siswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam mencapai kompetensi dasar. Pengalaman pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar siswa.
BAB X
EVALUASI HASIL BELAJAR
A.   Makna Evaluasi
Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Oleh karena itu pungsi evaluasi adalah untuk mengetahui apakah tujuan yang dirumuskan dapat tercapai, evaluasi merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran
B.  Jenis Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi mempunyai manfaat yang sangat besar. Adapun jenis evaluasi dan maknanya, yaitu :
1.   Evaluasi formatif
       Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.
2.   Evaluasi sumatif
       Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan bekajra siswa.
3.    Evaluasi diagnostik
      Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
4.   Evaluasi penempatan
      Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.
C.    Alat Evaluasi
       Dalam hal ini alat evaluasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.   Evaluasi menggunakan tes baku
       Ialah tes yang dapat dijadikan alat pengukuran secara cepat dan tepat dan dapat dijadikan pengukuran kemampuan sesuatu dengan hasil yang sah.
2.   Evaluasi menggunakan tes tidak baku
      Ialah tes yang tidak diketahui kesahihannya dalam mengukur kemampuan tertentu secara tepat, Karena tes tidak baku ialah tes buatan guru.
D.    Acuan yang Digunakan dalam Evaluasi
        Kita membedakan acuan ini kedalam dua macam, yaitu :
1 Acuan norma ialah penilaian yang menggunakan norma keberhasilan kelompok sebagai batu ukuran.
2. Acuan patokan ialah penilaian yang menggunakan suatu patokan sebagai dasar penentuan tingkat keberhasilan dalam evaluasi.
E.   Teknik Evaluasii
      Ada dua macam yang digunakan dalam melakukan evaluasi, Yatu
1. Teknik tes
    Tes ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu tes lisan, tes tulisan, dan tes perbuatan.
2. Teknik Bukan Tek
    Tes ini umumnya menggunakan alat-alat seperti, wawancara, angket, pengamatan, daftar chek, skala penilaian.
G.   Langkah-langkah Evaluasi
1.   Tahapan Persiapan
Pada tahapan ini bahan-bahan yang diperlukan untuk menyusun alat evaluasi dihimpun, bahan-bahan tersebut meliputi :
a. Tujuan Pengajaran. Yakni bentuk perilaku yang akan dievaluasi. Bila evaluasi dilakukan secara formatif tujuan pengajaran di samping untuk kepentingan evaluasi, Bila evaluasi dilakukan sebagai evaluasi sumatif atau untuk kepentingan diagnostik maupun penempatan, maka perumusan tujuan disesuaikan dengan maksud tertentu
b.  Menentukan ruang lingkup dan urutan bahan berpedoman pada kisi-kisi yang dibuat. Dalam hal ini perlu diperhatikan pula penggunaan sumber bahan yang representatif, sehingga dalam mengambil sample bahan yang akan dievaluasikan betul-betul mencerminkan tentang berbagai aspek yang akan diukur. Hal ini terutama sekali berlaku bila bukan evaluasi formatif yang akan dilaksanakan.
c.   Menuliskan butir-butir soal dengan bentuk sebagaimana direncanakan dan dibuat dalam kisi-kisi
d.  Bila evaluasi dilaksanakan selain untuk kepentingan evaluasi formatif, soal yang dibuat perlu diuji coba terlebih dahulu sebelum diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
2.   Tahapan pelaksanaan.
Melaksanakan evaluasi harus disesuaikan dengan maksud tertentu. Evaluasi formatif dilaksanakan setiap kali dilakukan pengajaran terhadap satu unit pelajaran tertentu. Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program, apakah semester atau kelas terakhir (Evaluasi Belajar Tahap Akhir termasuk pula evaluasi sumatif). Evaluasi diagnostik dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.
3.   Tahap pemeriksaan,
   penentuan dan pengolahan angka atau skor. Dalam memeriksa pekerjaan hasil evaluasi seharusnya digunakan kunci jawaban, baik untuk evaluasi dengan test essay ataupun t6es obyektif. Hal ini disamping untuk mempermudah pemeriksaan juga untuk menghindari unsur subyektif dalam memberikan angka. Angka yang diperoleh dari hasil pemeriksaan masih dalam bentuk angka mentah.
I.   Evaluasi Berdasarkan Taksonomi Bloom
1.   Domain Kognitif (pengetahuan)

Ranah kognitif mencakup kegiatan otak. Menurut Bloom yaitu segala upaya yang menyangkut aktifitas otak termasuk ranah proses berfikir. Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir yaitu:
a. Pengetahuan/ingatan/hafalan (knowledge)
b. Pemahaman (comprehension)
c. Aplikasi/Penerapan (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
f. Penilaian (evaluation)

2.   Domain Afektif (sikap)
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.
Beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar:
a. Menerima (Receiving)
b. Menanggapi (Responding)
c. Penilaian (Valuing)
d. Mengorganisasikan (Organization)
e. Karakteristik nilai/menjadikan pola hidup (Characteriszation by a value)

3.   Domain Psikomotor (keterampilan)
Ranah psikomotor adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas otak, fisik, atau gerakan-gerakan anggota badan. keterampilan gerak tersebut senantiasa dikaitkan dengan gerak keterampilan atau penampilan yang sesuai dengan bidang studi yang diajarkan. Penilaian hasil belajar dengan alat tes yang berupa tes perbuatan. Penilaian terhadap aspek perbuatan tersebut menuntut kita untuk bertindak dan bersikap teliti terhadap tiap jenis penampilan siswa
BAB XI
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIPAN PROSES PEMBELAJARAN
A.   Penataan Ruangan kelas
Menciptakan proses pembelajaran yang aktif meliputi beberapa faktor yang saling berkaitan antara lain dengan menciptakan lingkungan belajar, yaitu suasana kelas, baik pengelolaan maupun penataan ruang kelas, sehingga merangsang aktivitas belajar.
B.   Penerapan Prinsip Belajar Sambil Berbuat
Belajar akan efektif jika dilakuka dengan melakukan kegiatan.Kegiatan belajar meliputi mendengar, melihat, mengerjakan, atau bentuk-bentuk perbuatan lain. Berbuat berarti juga mengalami, dengan mengalami proses memperoleh hasil belajar yang bersifat kompleks dapat mudah tercapai. Bukan hanya siswa, guru pun ketika mengajar hendaknya sambil berbuat dan memberi keteladanan.
C.   Upaya Guru Membimbing dan Mengarahkan Siswa Untuk Belajar
Bimbingan yang diberikan dalam proses pembelajaran merupakan bantuan kepada siswa jika menghadapi kesulitan dalam belajar, sehingga ia mampu mengatasi kesulitan tersebut.  Dalam upaya memberikan pelayanan kepada siswa secara perseorangan guru sepatutnya dapat mengenali siswa mana yang tampak mengalami kesulitan, terutama jika siswa tersebut tidak mau meminta bantuan, bantuan perlu diberikan.
1. Membimbing dan mengarahkan siswa sebelum proses pembelajaran.
2. Membimbing dan mengarahkan siswa membuat perencanaan kegiatan belajar.
3. Membimbing dan mengarahkan siswa mengikuti proses pembelajaran.
4. Membimbing dan mengarahkan siswa membuat catatan belajar.
5. Membimbing dan mengarahkan siswa mempersiapkam ujian.
D.   Upaya Menangani Siswa yang Menunjukan Gejala Pasif dalam Belajar
Gejala semacam ini dapat mengganggu situasi kegiatan belajar. Munculnya gejala pasif dan masa bodoh dalam kegiatan belajar disebabkan faktor-faktor tertentu. Untuk memastikan apa masalah yang dihadapi dan apa penyebabnya perlu dilakukan pendekatan secara khusus, sehingga siswa dapat melakukan kegiatan secara aktif.
E.   Cara Guru Memotivasi Siswa untuk Belajar
Ada cara memotivasi siswa agar tetap semangat belajar dan berhasil dengan baik. Cara-cara tersebut , antara lain:
1. Memberi motivasi belajar kepada siswa
2. Mengembangkan motivasi dan sikap semangat mengajar
3. Mengarahkan siswa kepada tujuan yang ingin dicapai
4. Membangkitkan minat belajar
5. Membimbing siswa mengatur waktu dan disiplin dalam belajar
6. memberi kesempatan siswa untuk aktif
7. menggunakan motode dan kegiatan pembelajaran yang bervariasi
8. Memberi tugas yang menantang pada siswa
9. Berinteraksi dan berkomunikasi aktif dengan siswa
10. Menciptakan suasana kelas yang mendukung belajar
      11. Mendorong siswa untuk belajar yang bermakna
F.   Alternatif Upaya Peningkatan Kemempuan Pribadi Guru
Upaya meningkatkan keaktifan proses pembelajaran bukan hanya meningkatkan keaktifan belajar siswa melainkan juga upaya meningkatkan kemampuan profesional guru. Upaya meningkatkan kemampuan profesional, sepatutnya didasarkan atas kesadaran pada guru itu sendiri untuk meningkatkan kemampuan pribadi. Adanya kesadaran diri dapat menimbulkan dorongan yang kuat untuk meningkatkan kemampua memberi dampak pada keberhasilan upaya yang dilakukan.


1 komentar:

  1. mau tanya ini ada bukunya apa enggak?? saya sekarang butuh banget buku ini, mohon konfirmasinya, kalau memang ada ini beli di toko buku mana??

    BalasHapus